REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Polisi Mesir bentrok dengan orang-orang bersenjata di kota al-Arish, Sinai utara, Kamis, kata televisi pemerintah, sehari setelah pasukan keamanan mulai menumpas kelompok garis keras di kawasan itu.
"Bentrokan meletus lagi antara orang-orang bersenjata dan polisi di depan kantor polisi nomor dua di al-Arish," kata televisi Nile News mengutip korespondennya di daerah itu.
Televisi itu tidak menyebutkan identitas orang-orang bersenjata itu. Tidak ada penjelasan lebih lanjut dan para pejabat keamanan tidak bisa dihubungi untuk diminta komentar mereka.
Seorang koresponden Reuters di al-Arish mengatakan bahwa kota tersebut kini tenang setelah bentrokan-bentrokan yang dilaporkan itu.
Militer Mesir mengerahkan pasukan tambahan, tank dan kendaraan-kendaraan lapis baja lain ke al-Arish pada Kamis untuk memperluas operasi pengamanan, kata satu sumber keamanan.
Sehari sebelumnya, militer Mesir mengumumkan, operasi menumpas gerilyawan di Sinai "berhasil sepenuhnya dan akan dilanjutkan".
Pengumuman itu disampaikan setelah televisi pemerintah melaporkan bahwa 20 militan tewas dalam serangan-serangan udara yang dilakukan militer.
"Pada Selasa malam, unsur-unsur dari angkatan bersenjata dan kementerian dalam negeri yang didukung oleh angkatan udara memulai rencana memulihkan keamanan dangan memburu dan menyerang unsur-unsur teroris bersenjata di Sinai, dan mereka menyelesaikan tugas ini dengan keberhasilan penuh," kata militer dalam sebuah pernyataan Rabu.
Militer akan "terus melaksanakan rencana ini", kata pernyataan itu. Televisi pemerintah dan seorang pejabat militer di Sinai melaporkan, 20 militan tewas dalam serangan-serangan helikopter pada Rabu fajar, sebagai pembalasan atas serangan yang menewaskan 16 prajurit Mesir di dekat perbatasan dengan Israel pada Minggu.
Sementara itu, Israel memuji operasi militer Mesir di Sinai utara pada Rabu untuk memburu dan menumpas militan.
"Satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas Sinai adalah Mesir, dan Mesir akan melakukan segala sesuatu dengan kekuatannya untuk menangani teror. Keberhasilannya akan mencegah serangan yang lebih besar," kata Amos Gilad, seorang pejabat tinggi Kementerian Pertahanan Israel, kepada radio pemerintah.
Pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Ismail Haniya, hari Senin menuduh Israel mendalangi serangan terhadap pos perbatasan Mesir itu. "Israel bertanggung jawab, dengan satu cara atau yang lain, atas serangan ini guna mempermalukan kepemimpinan Mesir dan menciptakan masalah baru di perbatasan untuk menghancurkan upaya-upaya mengakhiri pengepungan (Israel) atas Jalur Gaza," kata Haniya.
"Tidak ada orang Palestina yang ingin membunuh seseorang di Mesir. Setiap serangan terhadap keamanan Mesir juga merupakan serangan terhadap keamanan Palestina," katanya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan darurat pemerintah Hamas.
"Kami meminta Mesir membahas semua masalah terkait dengan kepentingan timbal-balik antara Mesir dan Palestina," kata Haniya.
Mesir mengatakan, 35 orang bersenjata yang mengenakan pakaian suku Badui hari Minggu memberondongkan tembakan ke arah pasukan penjaga perbatasan sebelum menyeberang ke
Israel dengan sebuah kendaraan lapis baja. Israel mengatakan, lima orang bersenjata tewas di sisi perbatasannya.