REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS - Pasukan keamanan Venezuela menahan seorang warga Amerika Serikat, yang memasuki negara itu tanpa izin, dengan koordinat geografi dalam buku catatannya, kata Presiden Hugo Chavez pada Selasa (7/8). Menjelang pemilihan presiden pada 7 Oktober, pemimpin sosialis itu berulangkali menyebut kemungkinan kekerasan oleh lawannya dengan dukungan Amerika Serikat.
Musuh-musuh mengatakan adalah cara-cara Chavez untuk mendapat dukunan dari massa bagi terpilihnya kembali dengan menyataka dirinya sebagai seorang korban dari persekongkolan 'imperial'.
Dalam satu rapat kampanye di kota pantai Catia La Mar, Chavez mengatakan orang itu, asal Amerika Latin, ditahan empat atau lima hari lalu ketika memasuki Venezuela dari Kolombia. "Ia kelihatan adalah orang bayaran. Kami memeriksa dia," kata Chavez dan menambahkan pria itu dalam cap paspornya tercatat ia telah mengunjui Irak, Afghanistan dan Libya.
Ketika ia ditahan , pria itu berusaha merusak satu buku catatan penuh koordinat, kata Chavez dalam pertengahan pidatonya yang disiarkan langsung stasiun televisi pemerintah, menyatakan secara langsung satu persekongkolan sedang digerakkan.
"Kami telah mengrekonstruksi halaman-halaman itu," katanya. "Ia mengatakan ia sedang melarikan diri dari seseorang... Itu adalah satu tanda kuat. Warga AS itu ingin memasuki Venezuela tanpa izin tidak ada yang tahu apa alasannya. Ia tidak menyatakan ke mana ia akan pergi atau siapa yang ditunggunya."
Chavez, yang mengatakan ia telah sembuh total setelah tiga operasi kanker tahun lalu memiliki keuggulan dua digit dalam jajak pendapat terbaru menjelang pemilihan presiden. Ia tidak merinci lebih jauh tentang kasus itu dan para pejabat Kedubes AS tidak dapat segera dihubungi untuk diminta komentar.
Berkuasa sejak tahun 1999, Chavez memainkan perannya sebagai pejuang global melawan kekuasaan Amerika Serikat.Ia memiliki pengaruh pada mayoritas warga miskin Venezuela.
Tidak ada hubungan baik antara pemerintnah-pemerintah AS dan Venezuela, dan Washigton segera mengakui penggantian sebentar setelah kudeta militer 24 Jam tahun 2002. Tetapi Pemerintah Presiden Barack Obama menghindari konfrontasi langsung dalam period pemilihan presiden dua negara itu.
"Ini adalah kewajiban kami untuk menyuarakan peringatan di manapun," kata Chavez kepada wartawan mengenai penahanan warga AS yang tidak disebutkan namanya itu.