REPUBLIKA.CO.ID, Kepala Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Ekmeleddin Ihsanoglu mengusulkan untuk mengirimkan misi penyelidikan "pembantaian, penindasan dan pembersihan etnis" dari Rohingya di Rakhine menjadi satu masalah berat bagi Mesir dan Arab Saudi untuk menyelidiki kerusuhan tersebut.Pertempuran di barat Rakhine menewaskan sekitar 80 orang dari kedua belah pihak pada Juni lalu. Kekerasan baru antar umat Budha dan muslim Rohingya menyebabkan beberapa orang tewas di Myanmar. Hal ini yang menjadi acuan ketegangan di daerah tersebut.
Kelompok hak asasi manusia (Human Rights Group) bahkan mengatakan jumlah korban tewas bahkan lebih dari angka tersebut. Sedangkan berdasarkan laporan saat kejadian berlangsung, mengatakan bahwa 'hanya 77 orang' dari kedua belah pihak yang tewas.
Pertumpahan darah tersebut telah melemparkan bayangan atas reformasi dari Thein Sein yang banyak pujian, termasuk dari pembebasan ratusan tahanan politik dan pemilihan pemimpin lawan dari Aung San Suu Kyi parlemen.
Pemerintah Myanmar menolak tuduhan penyalah gunaan pasukan keamanan di Rakhine. New York Human Rights mengatakan bahwa pasukan Myanmar menembaki muslim Rohingya, serta melakukan pemerkosaan, dan kemudian mereka membaur dengan massa dan saling menyerang.
Puluhan tahun diskriminasi telah dialami Rohingya, dan mereka dipandang oleh PBB sebagai salah satu minoritas dunia yang paling dianiaya.Dengan menggunakan dialek Bengali dan menjadi tetangga di Bangladesh, Rohingya dianggap sebagai imigran gelap oleh pemerintah Myanmar dan rakyatnya. Banyak yang berusaha melarikan diri ke luar negeri dengan menggunakan kapal yang sudah lapuk.