Sabtu 11 Aug 2012 23:40 WIB

Darurat Militer di Rakhine Diperpanjang

Rep: bambang noroyono/ Red: M Irwan Ariefyanto
Darurat peg
Foto: ap
Darurat peg

REPUBLIKA.CO.ID,RAKHINE -- Pemerintah Myanmar memperpanjang status darurat militer di Negara Bagian Rakhine. Jam malam, menurut sumber pemerintah, ditetapkan di beberapa wilayah yang dikatakan berpeluang menjadi arena kerusuhan, di antaranya di Kota Maungdaw, Mrauk-U, Kyaktaw, dan Minbya.

Seorang pejabat di Maungdaw mengatakan, jam malam diberlakukan mulai pukul 19.00 sampai 05.00 waktu setempat. Status darurat militer itu, menurut dia, tetap diberlakukan sepanjang dua bulan mendatang. ''Jam malam terus diberlakukan karena ketegangan masih tinggi,'' kata sumber tersebut, seperti mengutip kantor berita Kaladanpress.org.

Perpanjangan darurat militer dan penerapan jam malam tersebut banyak dikeluhkan etnis Muslim Rohingya. Pasalnya, sejak diberlakukan 8 Juni lalu, hanya etnis Muslim Rohingya yang menjadi target pemberlakuan jam malam tersebut. Pada saat yang sama, Buddha Rakhine dibebaskan melakukan apa pun.

Begitu juga yang terjadi di Pasar Maungdaw, banyak pelaku usaha tidak memperbolehkan etnis Muslim Rohingya berbelanja kebutuhan pokok mereka. Bahkan saat Rabu (8/8), pengamanan MOC sangat ketat di Maungdaw. ''MOC memblokir desa-desa yang melarang kami (Rohingya) berbelanja ke kota,'' kata seorang saksi.

Salah seorang Rohingya di Muangdaw mengaku sangat kesulitan mencari kebutuhan hidup, sementara tidak demikian halnya bagi yang lain (Buddha Rakhine). Dia menjelaskan, jam malam adalah larangan bagi Muslim Rohingya untuk tidak keluar rumah.

Biasanya, dia menerangkan, saat tengah malam pasukan keamanan (MOC) bersama Nasaka (Polisi Imigrasi) menggeledah rumah-rumah Muslim Rohingya. ''Mereka menanyakan siapa kepala keluarga, dan berapa jumlah Rohingya di dalam rumah. Tidak sedikit yang ditangkap karena tidak memiliki kepala keluarga,'' sumber tersebut menerangkan.

Direktur Human Right Watch Phil Robertson mengatakan dalam laporannya bahwa kerusuhan komunal secara fisik antara Buddha Rakhine dan Muslim Rohingya memang berangsur mereda. Namun, ketegangan masih sangat tinggi dan berpeluang untuk menjadikan apa pun sebagai pemantik pertikaian berdarah di antara mereka.

sumber : Kaladanpress,Mizzima,Turkish Weekly
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement