Ahad 12 Aug 2012 11:19 WIB

PMI Siap Pasok Bantuan Kemanusiaan ke Rohingya

Myanmar President Thein Sein (right) greets Chairman of Indonesian Red Cross, Jusuf Kalla.
Foto: Antara/HO dokumentasi JK
Myanmar President Thein Sein (right) greets Chairman of Indonesian Red Cross, Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Palang Merah Indonesia (PMI) bersama dengan Organisasi Kerja sama Negara-Negara Islam (OKI) dan Bulan Sabit Merah Qatar (QRCS) Ahad (12/8) akhirnya diperbolehkan memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat etnis Rohingya dan Rakhine di Myanmar.

Demikian Ketua PMI Jusuf Kalla, dalam siaran pers PMI yang diterima di Jakarta. Disebutkan, ketiga organisasi ini pun segera menandatangani kerja sama dengan Palang Merah Myanmar untuk menyuplai bantuan agar bisa diterima masyarakat setempat.

Pemerintah Myanmar juga akan mengawal arus bantuan untuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi ini agar tidak salah sasaran. Jusuf Kalla, Asisten Sekjen OKI Atta El Mannan, Presiden Bulan Sabit Merah Qatar, Mohamed Gahnim Al Mahdeed dan Menteri Urusan Perbatasan Myanmar, Thein Htay mengunjungi barak pengungsi Thet Kay Pyin di Sittwe, Rakhine, Myanmar, Sabtu (11/8) kemarin.

Ketika ditemui, sejumlah pengungsi bahkan mengeluh kurangnya pasokan makanan dan obat-obatan yang diberikan kepada mereka. Jusuf Kalla menegaskan, pihaknya berharap pemerintah Myanmar segera memulai proses rehabilitasi dan rekonstruksi.

Berdasarkan pengalamannya menyelesaikan konflik di Ambon dan Poso, program tanggap darurat tidak boleh lebih dari enam bulan. "Sebab akan menimbulkan persoalan psikologis dan kesehatan," ujarnya.

Ia juga menegaskan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua belah pihak. "Sehingga ke depan tidak perlu ada konflik semacam ini," ujarnya.

Menteri Thein Htay mengatakan pihaknya cukup kewalahan menghadapi dampak pascakerusuhan sosial ini. Sementara, kemampuan finansial pemerintah Myanmar dalam proses rekonstruksi dan rehabilitasi pasca konflik sangat terbatas. "Karena itu kita sangat terbuka bantuan lembaga internasional untuk menyelesaikan masalah ini," ujarnya.

Thein Htay menyebutkan, pihaknya juga terus berusaha mendamaikan pihak-pihak yang sedang berkonflik di kawasan itu. Secara rutin, pemerintah mengajak tokoh agama kedua belah pihak untuk mendinginkan suasana. "Supaya konflik yang berawal dari tindakan kriminal ini tidak melebar ke persoalan agama," tegasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement