Senin 13 Aug 2012 14:04 WIB

Ekonomi Jepang Terluka

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dewi Mardiani
Nissan
Nissan

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ekonomi Negeri Sakura kembali terluka menapaki kuartal kedua tahun ini. Jika pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhannya mencapai 1,4 persen, kini negara tersebut harus berpuas dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya 0,3 persen. Padahal, para ekonom memperkirakan Jepang mampu bertumbuh hingga 2,3 persen. Pasalnya, pada kuartal I 2012, pendapatan domestik bruto (PDB) Jepang mengalami kenaikan 5,5 persen.

Para analis memperingatkan pertumbuhan di negara ekonomi ketiga terbesar di dunia tersebut akan terus berlanjut beberapa bulan mendatang di tengah iklim ekonomi global yang tak menentu. "Permintaan domestik kehilangan momentumnya dan ekspor kemungkinan akan kembali melemah sebab masalah utang Eropa," kata Kepala Ekonom Meiji Yasuda Life, Yuichi Kodama, seperti dikutip dari BBC, Senin (13/8).

Ekonomi Jepang terluka beberapa kali akibat beberapa alasan. Beberapa eksportir, seperti raksasa elektronik Sony Corp dan produsen mobil Nissan Motor Corp menyatakan pendapatan mereka terpukul akibat penguatan Yen. Penguatan Yen terjadi akibat perekonomian Cina yang masih bagus sebesar 7,6 persen, pada kuartal II 2012. Meskipun, dibandingkan kuartal I masih lebih rendah, yaitu 8,1 persen.

Penguatan Yen yang terjadi terus menerus pastinya membebani pendapatan perusahaan di Jepang. Sehingga, mereka menunda merealisasikan belanja modal. Penguatan Yen memotong laba operasi Nissan sebesar 328 juta dolar AS atau 25,7 miliar Yen menjadi 120,7 miliar Yen kuartal II 2012.

Pemulihan ekonomi AS rapuh dan krisis utang terus berlangsung di zona euro juga menjadi penyebab melambatnya perekonomian Jepang. Sebab, keduanya adalah pasar ekspor terbesar Jepang. Pada saat bersamaan, pemerintah Jepang tengah kesulitan meningkatkan konsumsi domestik di negaranya untuk mengimbangi penurunan penjualan asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement