REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pemerintah Australia memperkirakan 67 pencari suaka yang menumpang satu kapal diduga telah hilang sejak meninggalkan Indonesia lebih dari satu bulan lalu. Kemungkinan kapal dan penumpangnya tenggelam, kata pihak berwenang Australia, Selasa.
Pemerintah Australia menyebut kapal itu adalah kapal terakhir yang dikabarkan dalam usaha melintasi lautan menuju wilayah bagian barat Australia. Kabar tersebut tersiar ketika parlemen Australia mempertimbangkan undang-undang baru untuk menghalau kapal-kapal yang membawa pencari suaka tiba secara ilegal.
Kapal itu meninggalkan Indonesia pada akhir Juni atau awal Juli tetapi tak terditeksi lagi sejak itu, kata Menteri Dalam Negeri Jason Clare kepada televisi Australia. "Tak ada bukti orang-orang itu telah tiba di Australia," kata Clare.
Sejak 2001, hampir 1.000 orang meninggal di laut ketika berusaha mencapai Australia dengan menumpang kapal yang sarat dan sering tak laik untuk berlayar dari Indonesia.
Pada Senin, Perdana Menteri Julia Gillard berencana membuka kembali tempat-tempat penahanan di negara-negara di kawasan Pasifik seperti Nauru dan Papua Nugini guna menghalau kedatangan-kedatangan pengungsi.
Orang-orang yang mencari suaka di Australia, kebanyakan dari Afghanistan dan negara-negara di Timur Tengah, sering berlayar menunmpang kapal dari Indonesia menuju wilayah Christmas Island, Australia, setelah mengeluarkan biaya kepada orang-orang yang menyelundupkan.