REPUBLIKA.CO.ID, TEGUCIGALPA -- Pemerintah Honduras harus menyelidiki kasus 22 wartawan yang dibunuh dalam dua tahun belakangan ini.
Frank La Rue, pelapor khusus PBB bidang kebebasan berpendapat, mendesak Presiden Porfirio Lobo melakukan tidakan-tindakan baru untuk melindungi wartawan. Itu termasuk memberikan akses bagi mobil anti peluru.
Pemerintah juga didesak membantu wartawan dan keluarga yang mendapatkan ancaman pembunuhan. Mereka diminta untuk direlokasikan baik di dalam negara Honduras atau luar negeri lainnya.
"Negara itu harus mengusut dan menghukum para pelaku intelektual dan fisik terhadap para wartawan," kata La Rue dalam satu jumpa wartawan.
Kehadiran kartel-kartel narkoba Meksiko yang meningkat di Honduras telah meningkatkan aksi kekerasan di Honduras dengan tingkat pembunuhan tertinggi di dunia. Sebanyak 86 orang dari 100.000 orang tewas pada tahun 2012.
La Rue mengemukakan kepada wartawan bahwa sejak tahun 2010 hanya satu dari 22 kasus pembunuhan wartawan berakhir melalui sidang pengadilan.
Alfredo Villatoro, seorang wartawan radio terkemuka, adalah korban terbaru. Ia diculik pada Mei. Tubuhnya ditemukan seminggu kemudian dengan satu luka tembak di kepala.