REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kalangan akademisi Israel menentang wacana yang dilontarkan pemerintah rezim Zionis untuk mengebom fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Mereka meminta para pilot Israel untuk menolak jika diperintah melakukan pengeboman itu.
Sedikitnya 400 orang akademisi dan aktivis hak asasi manusia Israel menandatangani petisi penolakan tersebut. Petisi tersebut kemudian diedarkan dan diumumkan luas secara online.
Dalam petisi itu disebutkan bahwa serangan ke Iran dapat membahayakan Israel sendiri. Para akademisi tersebut juga memperingatkan para pilot bahwa menuruti perintah pengeboman hanya akan membuat diri mereka tertangkap oleh pihak Iran.
"Kami tidak tahu nama kalian (para pilot). Kami hanya tahu satu hal, bahwa nasib kita semua saat ini dan masa depan berada di tangan kalian," demikian isi petisi tersebut seperti dilansir PressTV, Rabu (15/8).
Di antara penanda tangan petisi tersebut adalah mantan dekan Fakultas Hukum Universitas Tel Aviv, Menachem Mautner dan akademisi dari Sapir College, Nurith Gertz. Dari kalangan aktivis, petisi ditandatangani mantan pimpinan kelompok HAM B'Tselem, Anat Biletzki.
Petisi tersebut juga memperingatkan kemungkinan serangan balasan oleh Iran jika Israel tetap ngotot menyerang. Dari sisi kemanusiaan, serangan ke fasilitas nuklir Iran juga berisiko menyebabkan kebocoran radioaktif yang sangat berbahaya bagi jutaan rakyat sipil negara Islam itu.