REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON---Korea Utara mengancam akan mempertimbangkan kembali beberapa perjanjian dengan Amerika Serikat yang menyerukan konsesi-konsesi Pyongyang mengenai program nuklirnya, dalam pertukaran untuk bantuan energi dan kemanusiaan Amerika Serikat, kata laporan majalah Foreign Magazine.
Mengutip dua sumber dekat tanpa nama dengan pembicaraan-pembicaraan, majalah itu mengatakan, sikap keras Korea Utara itu dikemukakan dalam satu pertemuan bulan lalu di Singapura, yang dihadiri para pejabat tingkat menengah Korea Utara dan para pakar kebijakan luar negeri AS.
Turut ambil bagian dalam pertemuan itu adalah Han Song-ryol, wakil duta besar Korea Utara di PBB, dan Choe Son Hui, deputi dirjen biro urusan Amerika Utara di kementerian luar negeri, kata laporan itu Kamis.
Pihak AS dipimpin oleh Joel Wit, seorang mantan perunding nuklir AS, dan termasuk Corey Hinderstein, wakil presiden program internasional di Prakarsa Ancaman Nuklir, kata majalah tersebut.
Menurut Kebijakan Luar Negeri, Korea Utara mengatakan kepada para pakar AS mereka tidak lagi tertarik untuk membangkitkan kembali perjanjian 29 Februari yang menyerukan AS bantuan pangan sebagai imbalan untuk konsesi nuklir Korea Utara . Dia juga mengatakan mereka akan mempertimbangkan kembali perjanjian mereka sebelumnya untuk mengakhiri bebas nuklir.
Perjanjian 29 Februari menyerukan moratorium nuklir dan pengujian rudal, kembalinya inspektur internasional, dan bantuan pangan setara 240.000 ton, kata laporan itu.
Korea Utara juga mengatakan kepada orang Amerika, yang mereka pikirkan adalah apakah ya atau tidak untuk menyingkirkan pernyataan bersama September 2005, kata majalah menegaskan.
Dokumen yang dilakukan Korea Utara untuk akhirnya menyingkirkan program senjata nuklirnya.