REPUBLIKA.CO.ID, LEBANON -- Air mata dan kesedihan pengungsi Suriah di Lebanon menyelimuti kebahagiaan Idul Fitri yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan. Mereka berdoa bagi perdamaian dan keamanan di negara mereka.
Mereka juga menyampaikan kemarahan dan penyesalan atas kesulitan mereka saat ini akibat kerusuhan di tanah air mereka. Menurut laporan paling akhir yang dikeluarkan setiap pekan oleh badan pengungsi PBB, Lebanon menampung sebanyak 4.700 pengungsi Suriah.
Selama hari pertama Idul Fitri, pengungsi Suriah di Lebanon berdoa kepada Tuhan bagi keselamatan negara mereka dan pulihnya keamanan serta perdamaian sehingga mereka bisa pulang ke desa dan kampung halaman mereka.
Abdel Hakim Kawas, ayah seorang anak di Bekaa, mengatakan, "Idul Fitri adalah saat sedih bagi kami tahun ini, sementara kami telah berusaha selama berjam-jam untuk menelepon kerabat kami di Provinsi Aleppo di Suriah, tempat pertempuran antara prajurit pemerintah dan petempur oposisi, untuk mengucapkan Selamat Idul Fitri tapi gagal, sebab semua saluran komunikasi terputus."
Ia menambahkan satu kelompok masyarakat sipil Lebanon pada pagi hari Idul Fitri membagikan manisan dan mainan buat anak kecil, demikian laporan Xinhua, Senin (20/8) pagi. "Namun itu gagal mengobati luka yang tertoreh di dalam diri kami sebab kami kehilangan tempat tinggal dan menjalani hidup yang berat, dan kami memikirkan masa depan Suriah dan keluarga kami," kata ayah satu anak tersebut dengan wajah diselimuti kesedihan.
Seorang lagi pengungsi Suriah dari Aleppo mengatakan, "Tak ada rasa manis di dalam manisan yang dibagikan orang-orang baik hati di Bekaa kepada kami pagi ini. Itu hambar sebab keprihatinan kami sekarang ialah cara menyelamatkan negara kami dan pulang ke rumah kami."