Rabu 22 Aug 2012 06:55 WIB

Pengamat: Risiko Resesi Ganda AS Bakal Meningkat

Krisis ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kian parah membuat ribuan warga hidup menggelandang
Foto: presstv
Krisis ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kian parah membuat ribuan warga hidup menggelandang

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Peluang AS akan tergelincir kembali ke dalam resesi pada tahun depan telah meningkat. Prediksi ini disampaikan lembaga pemeringkat Standard & Poor's. Lembaga ini mendasarkan prediksi tersebut dari risiko krisis utang Eropa dan pengetatan anggaran pada akhir tahun.

Menurut lembaga tersebut, risiko AS jatuh ke dalam resesi itu meningkat 25 persenm naik dari kemungkinan 20 persen yang diperkirakan pada Februari. Itu terjadi karena AS berjuang untuk pulih dari kemerosotan yang parah pada 2008-2009.

Pihaknya juga menunjuk kemungkinan pemerintah dipaksa oleh hukum yang ada untuk memotong pengeluaran secara keras dan meningkatkan pajak pada 1 Januari, yang disebut 'fiscal cliff' (jurang fiskal) yang akan menyumbat perekonomian. "Kegiatan ekonomi telah menurun tajam dari awal tahun ini," S&P mengatakan dalam sebuah laporan tentang kondisi kredit Amerika Utara di tengah ketidakpastian global, pada 20 Agustus.

"Pada saat yang sama, kemungkinan penularan dari krisis utang Eropa, potensi 'fiscal cliff', dan risiko perlambatan ekonomi Cina telah menambahkan ketidakpastian yang lebih besar untuk prospek ekonomi AS," katanya.

Pada kuartal kedua, ekonomi terbesar dunia itu tumbuh 1,5 persen tingkat tahunan, penurunan tajam dari akhir tahun lalu. Akibatnya, pengangguran tetap terjebak di atas 8,0 persen. S&P menggarisbawahi kekhawatiran tentang dampak resesi di 17 negara zona euro, yang ekonominya mengalami kontraksi 0,2 persen pada kuartal kedua. S&P memproyeksikan sebuah kontraksi 0,6 persen tahun ini.

"Sebuah resesi ganda di Eropa yang mentransmisikan gejolak keuangan kepada AS bisa mendorong ke dalam resesi. Kami tidak yakin ekonomi AS dan Eropa akan meningkat secara substansial pada tahun depan," kata lembaga itu.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement