REPUBLIKA.CO.ID, New Dehli -- Perbankan syariah mulai merambah tidak hanya ke umat muslim saja, tetapi juga non-muslim. Hal tersebut terbukti dengan survei yang menunjukkan sekitar 30-40 persen investor di perbankan syariah adalah non-muslim.
"Sistem ini tidak lagi merujuk pada konotasi agama, tapi terbuka untuk semuanya," ujar Chairman Indo-Arab Economic Co-operation Forum (IACEF), Mansour Alam, seperti dilansir laman Gulf News, Jumat (24/8).
Rata-rata investor di berbagai negara bukanlah Muslim. Saat ini perbankan syariah sudah menjangkau lebih dari 50 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jepang, Jerman, dan Cina. Bank-bank besar seperti HSBC, Deutsche Bank, Standard Chartered, kini sudah memiliki unit usaha syariah sebagai bagian dari perusahaan.
Melihat potensi ini, India menyatakan keinginannya untuk membuka pintu industri untuk syariah. Dengan konsep yang ditawarkan oleh industri syariah, di antaranya sistem bagi hasil, Alam menilai, India bisa meningkatkan perekonomian negaranya. Pemerintah India telah menyatakan ketertarikannya terhadap ekonomi syariah.
Kementerian Keuangan India telah meminta Reserve Bank of India (RBI) untuk melihat kemungkinannya. RBI telah membentuk sebuah komite untuk melihat kemugkinan tersebut. Hal ini dilakukan segera setelah kunjungan Perdana Menteri India, Manmohan Singh ke Malaysia pada 2010 lalu. Pada saat itu Singh menunjukkan pemerintah India terbuka terhadap sistem ini.