REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Bantuan dari Palang Merah Indonesia (PMI) untuk korban konflik komunal di negara bagian Rakhine, Myanmar, belum bisa langsung disalurkan. Bantuan itu diperkirakan sampai ke tempat pengungsian di Kota S witte, Rakhine pada Rabu (29/8) pekan ini.
Menurut Pengurus Bidang Penanggulangan Bencana PMI, Soemarsono, pada awalnya bantuan itu akan dikirim dengan pesawat PMI dari Kota Yangon ke Kota Switte pada Ahad (26/8) ini. Namun, hal tersebut ternyata tak bisa dilakukan lantaran fasilitas pendukung bandara di Switte tak memadai.
"Landasan pacu bandara di Switte terlalu pendek. Pesawat kita yang membawa bantuan itu tak bisa mendarat di sana," kata Soemarsono di Yangon, Myanmar, Ahad (26/8).
Setelah melakukan koordinasi dengan Myanmar Red Cross Society (MRCS) atau Palang Merah Myanmar, akhirnya diputuskan barang bantuan seberat 7,5 ton itu akan dikirimkan melalui jalur laut. Saat ini, bantuan PMI yang masih berada di pesawat akan segera dipindahkan ke kapal laut yang akan mengirimkannya ke Switte.
"Jadi hari ini masih pemuatan ke kapal laut. Rencananya besok, Senin (27/8), bantuan akan langsung dikirimkan ke Switte," kata Soemarsono.
Rencananya, tim relawan PMI juga akan bertolak ke Switte pada hari yang sama dengan menggunakan pesawat komersil. Mereka yang akan tiba pada malam harinya di Switte juga akan membawa sedikit contoh barang bantuan. Keesokan harinya atau Selasa (28/8), bantuan itu akan diserahkan secara simbolis kepada MRCS.
Pasalnya, bantuan dari PMI itu akan diserahkan kepada korban konflik melalui MRCS. Menurut Soemarsono, pengiriman melalui jalur laut itu diperikirakan tiba di Switte dalam waktu dua hari. Sehingga, diperkirakan bantuan itu akan tiba pada Rabu (29/8).
"Nah nanti bantuan itu akan dikelola oleh MRCS untuk diserahkan kepada korban konflik di Switte," kata Soemarsono.
Pada hari ini, lanjut Soemarsono, tim PMI dan MRCS masih akan melakukan koordinasi. Mereka akan membahas segala sesuatunya tentang teknis pengiriman bantuan ke Switte. "Siang ini kita akan kembali melakukan koordinasi terkait penyaluran bantuan," katanya.
Seperti diketahui, bantuan PMI untuk korban konflik komunal di negara bagian Rakhine, Myanmar telah tiba, Sabtu (25/8). Bantuan yang diserahkan PMI tersebut tiba pada pukul 13.30 waktu setempat setelah menghabiskan waktu perjalanan selama 6 jam dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta dan singgah di Medan untuk mengisi bahan bakar pesawat.
Bantuan seberat 7,5 ton itu dibawa dengan pesawat kargo yang berlambang PMI. Selain bantuan fisik, PMI juga mengirimkan tim yang terdiri dari sembilan orang relawan. Bantuan itu terdiri dari alat-alat kebersihan seperti handuk, ember, sabun. Selain itu, bantuan juga berupa sarung dan selimut.
Rencananya, bantuan itu akan dibawa ke tempat pengungsian korban konflik di Kota Sitwee, negara bagian Rakhine. Saat ini, diperkirakan ada 120 ribu pengungsi yang terkena dampak konflik komunal tersebut. Konflik komunal terjadi antara etnis Rakhine dan etnis Rohingya sejak awal Juni.
Konflik tersebut diduga dipicu setelah adanya peristiwa pemerkosaan seorang wanita dari etnis Rakhine oleh tiga orang pria etnis Rohingya. Berdasarkan keterangan pemerintah Myanmar, 78 orang tewas akibat konflik tersebut.
Selain itu, sebanyak 3000 unit rumah juga hancur. Untuk meredam konflik, pemerintah Myanmar telah menerapkan aturan jam malam di beberapa wilayah Rakhine sejak 8 Juni.