REPUBLIKA.CO.ID, ALLENBY BRIDGE CROSSING, YORDANIA - Pegiat Amerika Serikat dan Eropa pendukung Palestina pada Ahad (26/8) mencoba menlintasi penyeberangan yang dikuasai Israel untuk mencoba masuk Tepi Barat guna memberikan perlengkapan sekolah kepada siswa.
Sebagai bagian dari gerakan "Selamat Datang di Palestina", yang bertujuan menyoroti kendali Israel atas pemasukan ke wilayah dudukan, pegiat itu berusaha memberi siswa Palestina satu ton mainan, pena, buku catatan dan perlengkapan lain.
"Ini prakarsa keempat kami masuk Palestina," kata Olivia Zemor, juru bicara kelompok itu, pada jumpa pers sebelum berangkat ke penyeberangan tersebut, yang juga dikenal sebagai jembatan Raja Hussein, sekitar 35 kilometer tenggara Amman.
"Kami memiliki sekitar 100 peserta, dari Prancis, Belgia, Spanyol, Swiss, Amerika Serikat, berusia 10 hingga 50 tahun. Segala jenis orang, dari semua latar belakang dan agama. Mereka tergerak untuk mengunjungi Palestina," katanya.
Lima bus sekolah membawa pegiat itu ke penyeberangan tersebut dengan mereka meneriakkan "Bebaskan Palestina!" dan menyanyikan lagu rakyat Palestina. Beberapa mengenakan kaos oblong bertuliskan "Saya berimpi".
Pegiat itu mencoba masuk Tepi Barat, yang diduduki Israel, melalui pada Juli 2011 dan April 2012, tapi pihak berwenang di bandar udara Ben Gurion, Tel Aviv, menolak mereka.
"Kami bertanya-tanya apa yang tentara Israel lakukan (di jembatan Allenby), karena tidak satu inci pun wilayah ini milik Israel. Ini sepenuhnya milik Yordania dan Palestina," kata Zemor.
"Banyak orang, banyak lembaga antarbangsa mencoba ke Palestina diusir, baik dari bandar udara Ben Gurion maupun jembatan Allenby. Sayang sekali, memalukan bahwa pemerintah kami tidak mengecam ini," katanya.
Pegiat itu, yang berencana tinggal sepekan di Tepi Barat, menyatakan tugas mereka diputuskan setelah ada undangan dari gubernur Bethlehem Abdel-Fatah Hamayel.
"Sekarang ada pengepungan di Gaza, ada juga di Tepi Barat dan Yerusalem timur, dan itu lebih buruk daripada keadaan tahanan, karena tahanan memiliki hak," kata Zemor.
Beberapa pegiat tak yakin diizinkan masuk. "Saya mencoba pada Juli dan April tahun lalu, tapi Israel memenjarakan saya satu hari. Saya perkirakkan mereka menolak kami lagi sama seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Itu konyol dan memalukan," kata relawan Amerika Serikat Michael Rabb kepada AFP.