Selasa 28 Aug 2012 00:37 WIB

Timur Tengah Konsumen Loyal Persenjataan AS

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
F 16
Foto: AP
F 16

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan transaksi perdagangan senjata dan sistem pertahanan. Peningkatan tersebut mencapai tiga kali lipat pada periode 2011, tertinggi dalam sejarah persenjataan AS. Negara-negara di Timur Tengah menjadi pendongkrak utama peningkatan tersebut.

Peneliti dari Congressional Research Service sebuah Lembaga Pusat Studi di Kongres AS, Richard F Grimmett dan Paul K Kerr mengatakan, kepanikan beberapa negara di kawasan yang bersinggungan dengan Iran menjadi menjadi penyebab tunggal pembelian senjata ini. ''Peningkatan ini adalah luar biasa,'' tulis peneliti tersebut seperti dikutip The New York Times, Senin (26/8).

Laporan itu menjelaskan pada 2011 pabrikan senjata AS menguasai tiga per empat nilai transaksi global sistem persenjataan dan pertahanan. Nilai transaksi penjualan senjata AS mencapai 66,3 miliar dolar AS dari total transaksi persenjataan dunia senilai 85,3 miliar dolar AS.

Angka itu menempatkan AS sebagai penguasa pasar persenjataan di dunia, menyusul Rusia dengan nilai transaksi tak berimbang, yakni 4,8 miliar dolar AS di tahun yang sama. Paman Sam sempat menurunkan nilai ekspor senjata, resesi ekonomi 2009-2010 penyebabnya. Tetapi permintaan dari para karibnya di Timur Tengah harus terpenuhi. Alasannya mudah, Gedung Putih memiliki konsensi tersendiri bagi keamanan di kawasan tersebut.

Pada 2010 misalnya, nilai transaksi persenjataan AS (di tingkat global) hanya senilai 21.4 miliar dolar AS. ''Menurun dari 31 miliar dolar AS di tahun pajak 2009,'' terang kedua peneliti itu. Hasil riset yang disampaikan resmi kepada Kongres AS, Jumat (24/8) itu menjelaskan, jet tempur dan rudal pertahanan yang komplit adalah item favorit negara-negara Timur Tengah.

Seperti Arab Saudi, dalam riset itu menampilkan 'keranjang belanja' negeri tersebut yang gemar mengoleksi jet tempur F-15. Nilai transaksi di 2011 negara itu mencapai 33,4 miliar dolar AS. Berbagai jenis amunisi, rudal, dan dukungan logistik peperangan juga ikut diborong guna memutakhirkan persenjataan 70 armada F-15 yang sudah dimiliki negara yang luasnya tak lebih dari 2,3 juta kilo meter persegi itu.

Transaksi sistem pertahanan yang tinggi kepada AS juga dilakukan Uni Emirat Arab. Negara yang terdiri dari tujuh wilayah kaya minyak ini memutakhirkan pertahanan udaranya dengan memborong sistem anti roket AS senilai 3,49 miliar dolar AS. Sebanyak 16 unit Helikopter Chinook senilai 940 juta dolar AS juga turut dibeli untuk melindungi 82 kilo meter persegi luas negara itu.

Oman juga membeli jet tempur F-16 sebanyak 18 unit seharga 1.4 miliar dolar AS. ''Kebijakan AS dengan sekutu Arab di Teluk Persia untuk merajut sistem pertahanan rudal regional guna melindungi kota-kota, kilang minyak, pipa dan pangkalan militer dari serangan Iran,'' tulis laporan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement