Senin 27 Aug 2012 17:46 WIB

Kekerasan Serdadu Israel pada Anak-anak Palestina Terkuak

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang anak Palestina diciduk tentara Israel di Rad Al-Amoud, Yerusalem Timur, Rabu (21/3)
Foto: imemc
Seorang anak Palestina diciduk tentara Israel di Rad Al-Amoud, Yerusalem Timur, Rabu (21/3)

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM - Sebanyak 30 mantan serdadu Israel baru-baru ini membuat pengakuan mengenai tindakan kekerasan yang kerap mereka lakukan terhadap anak-anak Palestina. 

Melalui sebuah buklet yang diterbitkan oleh Breaking the Silence, aksi kekerasan para tentara Israel meliputi pemukulan, intimidasi, penghinaan, kekerasan verbal, penangkapan di malam hari, terhadap anak-anak Palestina terkuak.

Breaking the Silence adalah organisasi mantan tentara Israel yang didedikasikan untuk mempublikasi kegiatan sehari-hari mereka di wilayah jajahan, yaitu tanah Palestina.

Yehuda Shaul dari Breaking the Silence, menambahkan pernyataan-pernyataan para saksi itu demi menunjukkan realitas sebenarnya kekerasan yang dilakukan tentara Israel terhadap warga sipil Palestina, termasuk anak-anak, di Tepi Barat. Sejumlah tentara yang mengungkap pengalaman itu sebagian besar anonim.

"Sangat menyedihkan. Ini adalah konsekuensi moral dari penjajahan panjang terhadap rakyat Palestina," ujar Shaul seperti dilansir laman The Guardian.

Dalam buklet tersebut, salah seorang mantan tentara Israel, misalnya, menggambarkan situasi saat bertugas di Hebron tahun 2010 silam.

"Saya tidak pernah tahu nama mereka dan tidak pernah berbicara dengan mereka, mereka selalu menangis dan mengeluarkan kotoran di celana mereka...Ada saat-saat menjengkelkan ketika saya berada di sebuah misi penangkapan, dan ada tidak ada ruang di kantor polisi, sehingga saya hanya mengambil anak itu kembali, menutup matanya dan menempatkan dia di sebuah ruangan sembari menunggu polisi datangmenjemputnya di pagi hari. Ia duduk di sana seperti anjing...," kata tentara tersebut.

Tidak Ada Panduan

Kepada The Guardian, seorang mantan tentara Israel mengaku sama sekali tidak diberi panduan selama latihan militer tentang bagaimana menangani anak-anak.

Ia mengatakan kadang-kadang anak-anak tersebut ditangkap dan diinterogasi bukan karena mereka dicurigai telah melakukan serangan, terutama pelemparan batu. Namun untuk memperoleh informasi mengenai anggota keluarganya yang lebih tua maupun tetangganya. Ia mengatakan banyak orang Israel tidak mau mengakui realitas pendudukan militer di Tepi Barat. 

"Saya kira orang-orang (Israel) yang tidak melihat ini sehari-hari harus tahu apa yang terjadi. Sangat mudah (bagi publik Israel) untuk merasa terpisah dengan hal ini," kata sumber tersebut. 

Terkuaknya kesaksian dari para mantan tentara ini, bagi Gerarrd Horton dari Defence Children International (DCI) Palestina, kembali mempertegas laporan terkait tindakan kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Israel di Tepi Barat 

"Selama bertahun-tahun laporan yang dapat dipercaya dari pelanggaran hak asasi manusia terhadap anak yang hidup di bawah pendudukan militer Israel telah muncul. Kesaksian terbaru dari para prajurit muda ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa tindakan-tindakan di tanah penjajahan tersebut memberikan efek yang sangat korosif," ungkap Horton.

sumber : The Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement