REPUBLIKA.CO.ID,DAMASKUS – Presiden Suriah Bashar al-Assad menegaskan ia dan rakyatnya akan mempertahankan negaranya apapun konsekuensinya. Semua daya bakal dikerahkan guna menjaga kedaulatan Suriah. Gejolak politik yang terjadi sekarang, jelas dia, merupakan skenario Barat dan mereka tak akan dibiarkan mencapai tujuannya.
Pernyataan Assad disampaikan dalam pertemuan dengan Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi di Damaskus, Ahad (26/8). Menurut Assad, skenario jahat Barat tak hanya menargetkan negeri yang dipimpinnya melainkan pula seluruh kawasan Timur Tengah. ‘’Suriah menjadi batu loncatan,’’ katanya.
Dalam kesempatan itu, Boroujerdi menekankan pentingnya hubungan saling menguntungkan antara dua negara. Keamana Suriah akan berpengaruh pada keamanan Iran begitu juga sebaliknya. ‘’Kami akan terus memberikan dukungan pada pemerintahan Assad,’’ ujarnya. Ia pun bertemu dengan Wakil Presiden Farouq al-Sharaa dan Menteri Luar Negeri Walid al-Moallem.
Pertemuan ini menandai kemunculan pertama al-Sharaa setelah merebaknya laporan yang menyebutkan dia membelot. Ini pun dianggap mengakhiri spekulasi dari kalangan oposisi mengenai pembelotannya dari pemerintahan Assad. Ia terlihat keluar dari mobilnya dan memasuki kantornya di Damaskus sebelum menemui Boroujerdi.
Selama beberapa pekan, oposisi mengembuskan kabar Sharaa membelot dan bersembunyi di sebelah selatan Kota Deraa. Di sisi lain, Mesir menghendaki Arab Saudi, Turki, Iran, dan Mesir bertemu merumuskan jalan keluar krisis Suriah.Pertemuan secara seimbang melibatkan sekutu dan pihak yang bertentangan dengan negara itu. ‘’Kami menggalang serangkaian pembicaraan untuk mencermati kemungkinan diadakanya pertemuan semacam itu,’’ kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Amr Roshdy. Mesir telah mengontak tiga negara lainnya melalui pembicaraan telepon Menteri Luar Negeri Mohammed Kamel Amr dengan tiga kolega lainnya.
Juru bicara Presiden Mesir, Yasser Ali menjelaskan, pembicaraan yang diusulkan akan diyakini membawa pengaruh nyata dan ia menganggap Iran sebagai bagian dari solusi. Seorang pejabat Turki menyambut usulan Mesir. Pandangan yang sama disampaikan Kementerian Luar Negeri Iran, yang menegaskan tak menginginkan intrevensi asing di Suriah.
Pada Senin (27/8), Tentara Pembebasan Suriah (FSA) mengklaim berhasil menjatuhkan sebuah helikopter milik pasukan Assad lawan, di tengah serangkaian ledakan di Damaskus pada pukul 06.00. Helikopter militer itu ditembak waktu membombardir wilayah Jobar bersamaan dengan pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan oposisi.
Sejumlah saksi menyatakan, helikopter terbakar setelah dihantam proyektil kemudian jatuh di jalan sempit di daerah Qabun. ‘’Pesawat itu terbang dan melakukan serangan sepanjang pagi. Oposisi berusaha selama satu sekitar satu jam dan akhirnya mereka berhasil menjatuhkannya,’’ kata Abu Bakr, aktivis lokal seperti dikutip BBC.
Para aktivis mengunggah video secara online yang menggambarkan helikopter terbakar dan jatuh ke tanah. Teriakan kegembiraan dan seruan Allahu Akbar terdengar. Televisi pemerintah membenarkan klaim oposisi melalui laporannya namun tak menyebutkan helikopter itu ditembak jatuh oleh anggota FSA.
Juru bicara Batalion Badr, FSA, Omar al-Qabuni menuturkan, tubuh pilot telah ditemukan. ‘’Ini adalah balas dendam atas pembantaian di Daraya,’’ katanya. Sehari sebelumnya, ditemukan lebih dari 200 jasad di Daraya akibat eksekusi pasukan pemerintah yang menggelar penyergapan dari rumah ke rumah.