Selasa 28 Aug 2012 17:25 WIB

Presiden Myanmar Rombak Kabinet, Singkirkan Garis Keras

Presiden Thein Sein menjabat Hillary Clinton. Reformasi yang dilakukan mengakhiri isolasi di negaranya
Foto: Reuters
Presiden Thein Sein menjabat Hillary Clinton. Reformasi yang dilakukan mengakhiri isolasi di negaranya

REPUBLIKA.CO.ID,Presiden Myanmar, Thein Sein, mengumumkan perombakan kabinetnya pada Senin (27/8). Dalam pernyataan di situs resminya, Thei Sein mengubah 9 kursi dari 29 pos dalam kabinetnya.

Reshuffle kali ini adalah yang terbesar sejak pemerintah Sein mengambil alih kekuasaan dari junta militer pada Maret 2011 lalu. Setelah itu Sein beberapa kali meluncurkan gelombang reformasi dramatis yang mengejutkan dunia hingga mendorong Barat meringankan sanksi-sanksi terhadap negera tersebut.

Rumor mengenai perombakan kabinet itu sudah beredar beberapa bulan sebelumnya. Reshuffle juga menghasilkan 15 orang diangkap sebagai deputi menteri baru.

Salah satu perubahan paling mencolok ialah penggantian mantan menteri informasi, Kyaw Hasan, yang dipandang berhalauan garis keras. Ia akan digantikan oleh Aung Kyi, yang dulu menjabat menteri kesejahteraan sosial. Tokoh ini juga menjadi mediator antara pemerintah dan pemimpin oposisi, Aung San Suu Kyi.

Menteri Informasi salah satu jabatan paling vital karena ia membawahi media asing, lokal dan industri film. Menteri ini juga mengawasi pemberian visa bagi jurnalis asing yang hendak bertugas di Myanmar.

Kyaw Hsan tetap duduk di pemerintahan, namun ditunjuk utnuk mengepalai kementrian kerjasama.

Berdasar pernyataan presiden,  beberapa menteri yang dianggap paling reformis akan dipindah ke empat pos kementrian baru. Tiga di antaranya yakni menteri keuangan, menteri pembangunan ekonomi dan perencanaan nasional, dan menteri perkeretaapian, Aung Min, yang berperan utama dalam negosiasi gencatan senjata dengan grup etnis pemberontak.

Thein Sein, baru-baru ini, menyatakan ia akan meninggalkan siapa pun yang menentang arus reformasi.  Selama setahun sebelumnya, pemerintahanya telah meluaskan perubahan yang tak pernah ada sebelumnya di Myanmar, melonggarkan kebijakan keras dan ketat berdekade dan membolehkan kebebasan yang sebelumnya langka didengar di sana.

Meski, dominasi militer masih dijumpai di sana- sini termasuk dalam parlemen dan sistem politik. Saat ini duapuluh lima persen anggota Parlemen berasal dari tokoh militer.

sumber : Aljazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement