Selasa 28 Aug 2012 18:24 WIB

Krim 'Sari Rapet' Ini Menuai Kontroversi di India

Rep: Nur Aini/ Red: Heri Ruslan
 18 Again
Foto: news.asiantown.net
18 Again

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Sebuah perusahaan di India mengeluarkan produk krim pertama yang diklaim dapat merapatkan organ kewanitaan. Produk ini pun menuai kontroversi di negara asal film Bollywood tersebut.

Dalam sebuah iklan, krim ‘sari rapet’ itu diperkenalkan oleh wanita berkain sari yang bernyanyi sambil menari, seperti di film-film Bollywood umumnya. “Saya seperti seorang perawan, “ kata wanita itu. Di akhir iklan, wanita itu terlihat membeli produk secara online.

Video tersebut dirancang untuk memasarkan produk yang diklaim dapat meremajakan dan merapatkan bagian intim wanita. Produk berupa krim dengan merk dagang 18 Again (18 Kembali) diluncurkan di India bulan ini. Pembuatnya adalah perusahaan farmasi berbasis di Mumbai, Ultratech. Produk itu diklaim merupakan jenis produk pertama di India, sebelumnya produk yang sama telah dibuat di negara lain seperti Amerika Serikat.

Pemilik Ultratech, Rishi Bhatia mengatakan krim tersebut dijual dengan harga 44 dolar AS. Krim itu diklaim berbahan alami termasuk diantaranya serbuk emas, lidah buaya, almond, pmegranat dan telah dites secara klinis.

“Ini adalah produk yang unik dan revolusioner, yang dapat membangun kepercayaan diri dan keintiman wanita, “ ujar Bhatia sembari menambahkan produk tersebut ditujukan untuk ‘memberdayakan wanita’.

Bhatia mengatakan produk tersebut tidak diklaim mengembalikan keperawanan, tetapi mengembalikan perasaan seperti perawan. “Kami hanya mengatakan ‘seperti perawan’, itu adalah metafora. Produk itu mencoba mengembalikan perasaan seperti orang yang berumur 18 tahun,“ ujarnya.

Akan tetapi, strategi pemasaran perusahaan tersebut menimbulkan kritik dari dokter, organisasi wanita hingga pengguna sosial media. Kelompok tersebut menilai produk yang dikeluarkan Ultratech memperluas pandangan patriarki.

“Krim jenis ini merupakan omong kosong dan dapat menimbulkan perasaan rendah diri pada wanita yang kompleks, “ ujar Annie Raja dari Federasi Nasional Wanita India, yang memperjuangkan hak-hak wanita di India.

Raja mengatakan krim tersebut tidak akan memberdayakan wanita. Tetapi malah sebaliknya, mengafirmasi pandangan patriarki bahwa perempuan harus perawan sampai malam pertama.

“Menjadi perawan masih menjadi hadiah, dan saya pikir kelakuan itu tidak akan mengubah apa-apa bagi negara ini, “ ujar seorang gynaecologist, Mahinda Watsa.

Watsa telah menjawab lebih dari 30 ribu pertanyaan dari masyarakat yang menginginkan nasihat seksual. Pertanyaan paling umum dari laki-laki adalah bagaimana mengetahui istri mereka masih perawan, sementara dari wanita terkait bagaimana membuat suaminya tidak tahu bahwa mereka tidak perawan lagi.

“Laki-laki masih berharap menikah dengan seorang perawan, tapi lebih banyak gadis di India, paling tidak di perkotaan, sudah berhubungan seks sebelum menikah, “ ujarnya.

Dalam pertanyaan yang diajukan ke Watsa, para perempuan menulis apa yang harus mereka lakukan. Sebelumnya, mereka telah berhubungan seks dengan laki-laki lain, dan kebingungan untuk meyakinkan masyarakat mereka masih perawan.

Watsa mengatakan di kota besar, semakin banyak orang yang telah berhubungan seks aktif sebelum menikah. Selain itu, semakin banyak wanita yang bekerja dan memiliki kepercayaan diri untuk berhubungan dengan laki-laki.

Dr Nisreen Nakhoda menilai skeptis krim 18 Again dapat bekerja sesuai harapan. “Merapatkan organ kewanitaan merupakan kerja otot vaginal, sehingga saya tidak tahu bagaimana krim lokal dapat melakukan itu, “ ujarnya.

Dalam sebuah survei yang dilakukan majalah India Today tahun lalu menunjukkan 1 dari 5 (19 persen) responden terbuka atas ide seks sebelum menikah, atau hidup bersama. Sementara seperempatnya mengatakan mereka tidak keberatan dengan seks sebelum menikah, asalkan tidak terjadi dalam keluarga sendiri.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement