REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pengusutan penyebab kematian Presiden Palestina Yasser Arafat akan dimulai. Kejaksaan Perancis mengabulkan permintaan ahli waris pemimpin kharismatik itu untuk membuka kebenaran penyebab kematian Arafat.
''Seperti yang diharapkan, menyusul keluhan keluarga (ahli waris), '' kata seorang sumber di kejaksaan, seperti dikutip AFP, Selasa (28/8).
Salah satu anggota Tim Pengacara Keluarga Arafat, Pierre Olivier Sur menjelaskan pengaduan tersebut sudah dilayangkan Keluarga Arafat sejak Juli lalu, di Pengadilan Nantera, Paris. Dukungan internasional dan bukti ilmiah menjadi alasan kuat bagi keluarga untuk membuka kasus ini. ''Tentu keluarga berharap hakim yang memimpin penyelidikan akan menemukan kebenaran sebenarnya,'' kata Oliver.
Menurut Oliver aduan yang diajukan oleh Keluarga Arafat ke pengadilan Perancis adalah benar dan sesuai dengan yuridiksi hukumnya. Bukti laboratorium dan pakar ilmiah, kata dia, menunjukkan terdapat kejanggalan terkait tewasnya Arafat. ''Hipotesa ini harus dibuktikan. Jika itu benar (hasil laboratorium) maka itu adalah kejahatan yang dilakukan secara sistematis,'' terang Oliver.
Sebelumnya hasil tim investigasi dari Institu de Radiophysique di Lausanne, Swiss menemukan kandungan zat radio aktif bernama Polonium-210. Kandungan mematikan itu ditemukan di pakaian dan benda pribadi milik peraih nobel perdamaian 1994 ini. Temuan yang dipimpin oleh Clayton Swisher ini disiarkan secara bertahap oleh stasiun televisi Qatar, Aljazeera awal Juli lalu (Baca: Aljazeera Laporkan Yasser Arafat Mati Diracun).
Pejabat Senior Otoritas Palestina, Saeb Erekat menyampaikan dukungan rakyat Palestina atas dibukanya penyelidikan tersebut. Kata dia, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas juga mendesak Presiden Prancis, Francois Hollande mengawasi dan mendukung investigasi kebenaran itu.
Bukan itu saja, desakan internasional-pun, kata dia, meminta Liga Arab dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melakukan pemantauan dan penyelidikan yang serupa.
''Internasional diharapkan berperan dalam mengidentifikasi semua yang terlibat (atas pembunuhan Arafat),'' kata Erekat, seperti dikutip kantor berita Reuters, Rabu (29/8).