Kamis 30 Aug 2012 05:14 WIB

Berkat G7 dan AS, Harga Minyak Jatuh

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak global jatuh pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah negara-negara Kelompok Tujuh (G7) mendesak produsen minyak meningkatkan produksi mereka.

Minyak mentah juga tertekan karena Federal Reserve AS merilis sebuah laporan yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS lamban tetapi tidak buruk sekali.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, mundur 84 sen menjadi 95,49 dolar AS per barel.

Dalam transaksi London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun empat sen menjadi 112,54 dolar AS per barel.

Sementara itu, banyak infrastruktur energi di Teluk Meksiko AS ditutup karena Topan Isaac, namun pasar melihat badai memiliki dampak kecil pada situasi penawaran dan permintaan ke depan.

"Harga minyak telah ... mundur karena kerusakan dari Isaac tampak tidak signifikan, dan produksi diperkirakan dimulai lagi dengan cepat," tambah analis GFT David Morrison.

Sekitar 95 persen dari produksi Teluk Meksiko, atau 1,31 juta barel per hari, telah ditutup sebelum Isaac menguat menjadi sebuah topan pada Selasa malam.

Pada Rabu sore badai telah melewati daratan dan turun menjadi sebuah badai tropis.

"Sekarang yakin bahwa kerusakan secara keseluruhan akan lebih rendah dari yang diperkirakan, dan sebagian besar terbatas pada dampak banjir di darat," kata analis PVM Associates, Tamas Varga.

Pasar juga bereaksi secara minimal terhadap seruan G7, didorong terutama oleh Amerika Serikat.

Para menteri keuangan mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Selasa bahwa produsen-produsen minyak perlu untuk meningkatkan produksi, mengatakan bahwa harga yang lebih tinggi menimbulkan "risiko besar" terhadap ekonomi global.

Dengan pertumbuhan lemah di ekonomi-ekonomi penting dan ketegangan atas Iran mengkhawatirkan importir minyak utama, para menteri keuangan G7 juga mengisyaratkan mereka siap untuk mendorong pelepasan cadangan minyak strategis guna mencegah pengetatan pasar.

"Kami siap mendesak Badan Energi Internasional (IEA) untuk mengambil tindakan yang tepat guna memastikan bahwa pasar dipasok sepenuhnya dan tepat waktu," kata pernyataan.

Sementara itu Federal Reserve merilis laporan periodik Beige Book tentang ekonomi-ekonomi daerah yang sedikit menurunkan penilaiannya dari edisi Juli.

Ekonomi telah tumbuh "secara bertahap" selama dua bulan terakhir "di sebagian besar wilayah dan sektor" -- diambil sebagai sinyal sedikit bearish oleh para analis dan pasar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement