REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak mentah melonjak, Jumat (Sabtu pagi WIB), terangkat dolar yang melemah karena keterangan dari Ketua Federal Reserve AS Ben Bernanke dan kembalinya produksi dari Teluk Meksiko yang berjalan lambat setelah Badai Isaac.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Oktober, naik 1,85 dolar AS menjadi berakhir pada 96,47 dolar AS per barel.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober ditutup pada 114,57 dolar AS per barel, atau naik 1,92 dolar AS dari penutupan Kamis.
"Minyak terbang lebih tinggi karena Ben Bernanke terus membuka jendela untuk stimulus Fed lebih lanjut," kata David Morrison di GFT.
Dalam pidatonya yang sangat diantisipasi, Bernanke mempertahankan intervensi Fed empat tahun terakhir dan mengisyaratkan ia akan mendorong lebih banyak ketika dewan kebijakan Fed bertemu dalam 12 hari mendatang. "Situasi ekonomi jelas jauh dari memuaskan," katanya dalam
pidato pembukaan konferensi tahunan bankir bank sentral Fed di Jackson Hole, Wyoming.
Ketua Fed mengatakan, bank sentral akan memberikan kebijakan akomodasi tambahan "sesuai kebutuhan" bagi pertumbuhan ekonomi di negara konsumen minyak terbesar di dunia itu.
Dolar yang melemah, membantu meningkatkan permintaan untuk minyak mentah yang dihargakan dalam dolar.
James Williams di WTRG Economics mencatat bahwa harga mungkin telah menemukan dukungan dari kembalinya produksi di Teluk Meksiko "yang berjalan lambat daripada sebelum badai."
Williams mengatakan bahwa dari 509 anjungan (platform) produksi yang dievakuasi, hanya 10 yang kembali atau stafnya telah pindah kembali ke mereka.
"Dari 1,3 juta barel minyak yang ditutup, hanya 3.000 barel yang telah kembali berproduksi," katanya. Semua pasar AS ditutup pada Senin untuk Hari Buruh.