REPUBLIKA.CO.ID, PBB, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Jumat (31/8), menyesalkan bahwa Iran dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) belum mencapai kesepakatan mengenai penyelesaian masalah nuklir Iran. Ban kemudian mendorong bagi "penyelesaian diplomatik serta melalui perundingan" terhadap masalah yang berlarut itu.
"Sangat disesalkan bahwa Iran belum mencapai kesepakatan dengan IAEA mengenai rencana untuk menyelesaikan semua masalah yang mengganjal," kata Ban di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan di Markas PBB, New York, oleh Jurubicaranya Farhan Haq.
Sekretaris Jenderal PBB itu mengeluarkan pernyataan tersebut sebagai reaksi atas laporan paling akhir per kuartal oleh IAEA mengenai program nuklir kontroversial Iran. IAEA, Jumat, melaporkan Iran menghalangi pemeriksaan pengawas nuklir PBB itu atas kompleks militernya di Parchin, lokasi yang dicurigai digunakan untuk membuat senjata nuklir.
Laporan tersebut juga menyatakan Iran telah menggandakan kemampuannya untuk memperkaya uranium, dan mengatakan tidak jelas mengenai tujuan pengembangan itu. Namun Iran berkeras program nuklirnya semata-mata bertujuan damai, dan mereka takkan menghentikan hak mereka untuk melakukan itu.
"Sekretaris Jenderal menekankan bahwa dapat tersedia penyelesaian diplomatik dan melalui perundingan bagi masalah nuklir Iran, yang mesti dilancarkan melalui proses timbal-balik dan bertahap," kata pernyataan tersebut. "Ini harus meliputi tindakan oleh Iran dengan tujuan membangun kepercayaan internasional dalam sifat sangat damai mengenai program nuklirnya."
Ban berada di Iran untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi Gerakan Non-Blok (GNB), dan ia dijadwalkan kembali ke New York, Amerika Serikat, Sabtu pagi waktu setempat, kata Haq.