REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Pemberontak Mali utara MUJAO mengaku telah membunuh seorang diplomat Aljazair di tempat penahanannya selama berbulan-bulan.
Dalam satu pernyataan yang diungkapkan pada Minggu, MUJAO mengatakan diplomat itu tewas setelah pihak berwenang Aljazair gagal melepaskan para pejuang rekan mereka pekan ini.
Pemimpin MUJAO Oumar Ould Hamaha pada Sabtu mengumumkan perebutan Douentza, kurang dari 200 kilometer jauhnya dari kota tengah yang dikuasai pemerintah Mopti.
Pengambilalihan dari kelompok pemberontak lain merupakan langkah baru bagi MUJAO untuk mendapatkan tanah di bagian utara Mali, yang diambil oleh kalangan garis keras dan pemberontak separatis pada akhir Maret dan awal April.
Seorang konsul Aljazair dan enam diplomat lainnya diculik pada 5 April di kota timur laut Mali Gao.
Kelompok garis keras yang menguasai separuh daerah utara Mali, Sabtu, merebut kota Douentza di bagian selatan negeri itu, yang berbatasan dengan wilayah yang dikuasai pemerintah, kata AFP.
Para petempur dari satu kelompok yang bersekutu dengan Al Qaida di Magrib Islam (AQIM) memasuki kota itu dalam satu konvoi dan melucuti senjata-senjata anggota milisi lokal, kata para saksi mata.
Douentza terletak 170 kilometer dari kota Mopti, kota terakhir yang dikuasi tentara dalam rute menuju utara, yang direbut kelompok Islam bersenjata yang punya hubungan dengan AQIM Maret dan April.
Guru lokal Mussa Dicko mengemukakan kepada AFP Gerakan bagi Tauhid dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO) memasuki kota itu Sabtu pagi.