REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Secara internal, Mesir masih butuh konsolidasi. Berbagai isu mudah timbul. Apalagi yang menyangkut masalah sekterian. Seperti kasus sampah ini, ide untuk memperbaharui teknologi pengolahan sampah justru merambat pada isu pemerintahan Presiden Mesir, Muhammad Mursi, berusaha mematikan usaha pengolahan sampah yang dikelola kalangan minoritas Kristen.
Zabbaleen atau petugas kebersihan mulai merasa diabaikan. Mereka tidak diikutsertakan ketika pemerintah membuat rencana baru. Begitu pula ketika Mursi mengkampanyekan "Clean Homeland". "Kami tahu hal itu. Sepertinya mereka ingin mengambil roti dan mentega," papar Romani, seorang kolektor Kristen di Mashiet Nasr, seperti dilansir dari alarabiya.net, Senin (3/9).
Iskandar, ahli pengelolaan sampah, mengatakan para Zabbaleen merasa khawatir, karena mereka tidak memiliki pendapatan lain. Mereka tidak secara resmi memiliki sistem pengelolaan itu. Usaha mereka juga tidak tercatat dalam pasar saham. "Jelas mereka khawatir," kata dia.
Youssef Farid, anggota Spirit of Youth, mengatakan pihaknya terus berupaya memperjuangkan hak Zabbaleen untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah. Ia percaya pemerintah tidak akan merugikan Zabbaleen. "Ini bicara kepentingan. Tapi kita harus temukan solusi masalah ini," kata dia.
El-Senoussi memastikan, sistem baru tidak akan menguntungkan satu pihak tetapi seluruh negeri. Setiap orang tentu memiliki hak untuk hidup bersih. "Disini kita ingin membersihkan sampah tapi juga menguntungkan negara, yang berarti menguntungkan anda semua," kata dia.