REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Cina kembali mendesak Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) dan Iran untuk segera kembali berunding. Juru Bicara kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, mengatakan hal tersebut di Beijing, Cina, pada Senin.
Sebagai salah satu negara yang menandatangani "Nuclear Non-Proliferation Treaty", kata Hong Lei, Iran memiliki hak mengembangkan energi nuklirnya untuk perdamaian. "Cina selalu mendukung dialog dan kerja sama sebagai salah satu langkah penyelesaian yang baik dalam isu nuklir Iran," kata Hong Lei.
Selama ini Cina telah aktif mendorong proses dialog antara Iran dan enam negara. Cina sekaligus mendukung IAEA bekerja sama dengan Iran.
"Setiap pihak yang terlibat harus memprioritaskan penyelesaian diplomasi untuk mencari kesamaan pandang,'' katanya. ''Kami berharap putaran dialog akan dapat segera dilakukan dengan menghasilkan kemajuan berarti bagi penyelesaian isu nuklir Iran."
Iran sebelumnya menolak hasil laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang menyebut negaranya telah menggandakan jumlah sentrifugal pengayaan uranium di bawah tanah dari 1.064 menjadi 2.140. Iran menyebut laporan tersebut memiliki motif politik.
Laporan IAEA pada Kamis (30/8) menunjukkan, Republik Islam Iran terus meningkatkan kapasitas pengayaan uranium mereka di reaktor nuklir Fordow. Meskipun, ada ancaman serangan dari militer Israel atau AS.
IAEA melaporkan bangunan-bangunan dihancurkan dan dipindahkan ke Pangkalan Militer Parchin. Para diplomat Barat memandang hal itu sebagai upaya Iran untuk menghilangkan bukti mengenai pengujian nuklir secara diam-diam.