Selasa 04 Sep 2012 19:13 WIB

FACR Menjawab Tawaran Kolombia untuk Berdamai

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC
Foto: deadliestfiction.wikia.com
Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Pemimpin Kelompok Tentara Revolusi Kolombia (FARC) Rodrigo Londono, mengatakan siap untuk berdialog dengan pemerintah Kolombia. Dalam sebuah tayangan video yang dirilis kelompok pemberontak itu, mengatakan dialog tersebut untuk mengakhiri konflik bersenjata di Amerika Latin.

''Kami akan datang ke meja dialog, tanpa adanya dendam dan kesombongan,'' kata Rodrigo, dalam pesan video, seperti dikutip kantor berita AFP, Selasa (4/9). Rodrigo yang bernama perang Timochenko itu tidak menjelaskan dengan jelas rencana negosiasi damai kali ini Kantor berita Aljazeera melansir video tersebut diawali dengan tampilan empat pemuda anggota FARC yang bernyanyi, diiringi gitar dan gendang di sebuah lapangan.

Dalam nyanyian yang berirama 'rap' tersebut, kelompok ini menyatakan tuduhan Presiden Kolombia Juan Manuel Santos telah melakukan kebohongan dengan menuduh FACR enggan untuk membicarakan perdamaian.Penilaian Presiden Santos yang bertele-tele dengan menuduh mantan Presiden Kuba Fidel Castro, juga mendapat kecaman dari paduan suara kelompok pemberontak bentukan Manuel Marulanda (1964) tersebut.

''Aku pergi ke Havana untuk pergi dengan orang menuduh kami pembohong. (Presiden) Santos adalah boneka chucky (pembunuh) yang menuduh Fidel Castro membantu kami (FACR),'' lanjut nyanyian tersebut. Tayangan video yang berdurasi beberapa menit tersebut, adalah pernyataan damai perdana pascadorongan Presiden Santos, untuk kembali menggelar negosiasi perdamaian dengan kelompok-kelompok bersenjata di negara tersebut.

Presiden Santos mengatakan pekan lalu bahwa Bogota menawarkan perdamaian dengan FACR, dan Kelompok Pembebasan Nasional (ELN). Menurut rencana proses perdamaian akan melalui dua tahap, dengan menjadikan Oslo, Norwegia sebagai tempat untuk pembicaraan awal, pada 5 Oktober mendatang. Selanjutnya hasil kesepakatan di Oslo, akan dibawa ke Havana, Kuba untuk pembicaraan lanjutan.

sumber : Reuters/AFP/UPI
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement