REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Rabu (5/9) ini, pemimpin komunitas Muslim dan Yahudi dari 18 negara di Eropa bakal bertemu di Paris, Prancis. Pertemuan itu dimaksudkan untuk membahas masalah pembatasan hak-hak keagamaan umat Islam dan Yahudi.
Presiden Kongres Yahudi Eropa, Mosche Kantor mengatakan belakangan banyak tekanan terhadap masjid atau sinagog. Namun, tidak ada medium untuk menyatukan suara. "Pertemuan ini mungkin akan membuat protes kami di dengar," ungkap dia seperti dikutip Deutsche Welle.
Menurut kantor, pembatasan hak keagamaan seperti larangan khitan dan penyembelihan halal merupakan bahasa utama dari pertemuan itu. Kedua komunitas memastikan kedua masalah itu tidak akan mengubah budaya, tradisi dan prinsip dari agama masing-masing.
"Meski demikian, kedua komunitas tetap mengutamakan dialog dengan pemerintah dan Uni Eropa terkait masalah ini," ungkapnya.
Senada dengan koleganya, Kepala Dewan Pusat Muslim Jerman, Aiman Mazyek menilai komunitas Muslim dan Yahudi harus berdiri bersama melawan setiap bentuk kekerasan dan kampanye negatif. "Apa yang terjadi belakangan ini bertentangan dengan toleransi beragama," komentar dia.
Sebelumnya, pengadilan Cologne telah memutuskan bahwa sunat termasuk kejahatan. Putusan kontroversial ini menyulut kemarahan di kalangan pemimpin Muslim, Yahudi dan Kristen, yang mengecam putusan itu sebagai bentuk gangguan serius pada kebebasan beragama.
Sementara, isu Penyembelihan telah menjadi subyek kontroversi di beberapa negara Eropa, aktivis pro hewan teknik penyembelihan halal tidak menghargai hak asasi binatang