REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertolak ke Mongolia dan Rusia. Dalam kunjungan kerja itu, agenda utamanya adalah menghadiri KTT APEC di Vladivostok, Rusia pada 8-9 September. Dalam APEC tersebut, ia menegaskan keinginan negara-negara Asia Pasifik untuk meningkatkan kerja sama.
"APEC kali ini pada prinsipnya ingin meningkatkan kerja sama di bidang investadsi dan perdagangan. Selain itu mengintegrasikan ekonomi di kawasan Asia Pasifik dan membicarakan ekonomi yang inovatif," katanya saat memberikan keterangan pers sebelum tinggal landas di Bandara Halim Perdanakusumah, Rabu (5/9).
Ia mengatakan dalam pertemuan itu hampir dapat dipastikan akan ada pembicaraan mengenai perekonomian global yang belum pulih terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Tak hanya ekonomi dua kawasan itu, resesi yang terjadi juga berdampak pada beberapa negara APEC di Asia. Beberapa negara mengalami perlambatan walaupun masih bisa bertahan. "Meski ada perlambatan, tapi ekonomi di kawasan menjadi pilar atau penyangga ekonomi global," katanya.
Di sela-sela gelaran APEC itu, Presiden SBY dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan bilateral dengan pemimpin beberapa negara sahabat. Di antaranya dengan Presiden RRT Hu Jintao, Presiden Meksiko Felipe Calderon, Presiden Peru Ollanta Moses Humala, dan Presiden Chile Sebastian Pi?era, dan Vladimir Putin serta beberapa pengusaha Rusia.
Ia beranggaan pertemuan dengan pimpinan tiga negara di Amerika Latin bisa membuka peluang untuk memperluas perekonomian Indonesia. "Tiga negara Amerika Latin bagian dari pertemuan kami yang menurut saya baik untuk meningkatkan dan memperluas perekonomian kita menyusul kunjungan saya ke Brazil beberapa waktu lalu," katanya.
Sedangkan pertemuan dengan para pengusaha Rusia diharapkan bisa membawa keuntungan bagi Indonesia berupa investasi. Katanya, dunia usaha di Rusia punya keinginan kuat untuk bekerja sama dengan Indonesia. Investasinya pun tak terfokus pada wilayah Jawa.
Menurutnya, keinginan itu sudah ditindaklanjuti dan sedang dalam proses serta kerangka MP3I. "Sudah lebih dari Rp 400 triliun diinvestasikan sejak MP3I diluncurkan tahun lalu. Setelah kita hitung, kita kurang (dana). Maka kita mengajak patner dari negara sahabat," katanya.