REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Menteri Luar Negeri Cina, Yang Jiechi mengatakan semua negara dapat menikmati kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan dan ia berjanji bahwa tidak akan ada masalah di kawasan perairan yang sedang tegang itu.
Dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, Yang mengatakan Cina berharap dapat bekerja sama dengan AS dan menerima semua masukan dari negara-negara di Asia Tenggara untuk mencapai tata perilaku (code of conduct/COC) di Laut Cina Selatan. "Kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan terjamin," kata Yang, Rabu (5/9).
"Bagi Cina dan negara-negara tetangga kami, Laut Cina Selatan benar-benar menjadi garis kehidupan untuk pertukaran, perdagangan, dan perniagaan," ujarnya. "Saat ini tidak ada masalah di wilayah itu, juga tidak akan pernah ada masalah di wilayah itu ke depannya."
Yang mengatakan pada kunjungan terakhirnya di sekitar wilayah tersebut, negara-negara di Asia Tenggara mendorong untuk bekerja sama dengan menggunakan kesepakatan COC di Laut Cina Selatan.
Yang tidak mengatakan secara jelas apakah Cina setuju dengan masukan Clinton untuk kemajuan atas permasalahan itu dan ia mengatakan persengketaan tersebut seharusnya diselesaikan melalui negosiasi langsung dan konsultasi yang bersahabat.
Namun ia menegaskan kembali klaim Cina di wilayah tersebut dengan mengatakan, "Ada banyak bukti sejarah dan yurisprudensi tentang hal tersebut." Menlu Hillary Clinton mengatakan kepada Beijing, pencapaian COC atas Laut Cina Selatan menjadi "kepentingan setiap orang", namun ia membantah bahwa ia berusaha untuk menahan negara yang sedang naik itu.
"Kami sungguh yakin hal ini menjadi kepentingan semua orang bahwa Cina dan ASEAN terlibat dalam sebuah proses diplomatik menuju tujuan bersama mencapai code of conduct," kata Menlu Hillary saat konferensi pers bersama di Beijing dengan Perdana Menteri Yang Jiechi.
Clinton menyuarakan harapan Cina, yang mengklaim hampir semua perairan strategis itu, akan setuju untuk mencapai kesepakatan tentang COC atas wilayah sengketa tersebut dan mendorong negara-negara Asia Tenggara untuk mempertahankan persatuan.
Ia juga menyangkal tuduhan Amerika Serikat (AS) mencoba untuk menahan Cina dan mengatakan pemerintahan Presiden Barack Obama tidak menginginkan adanya "kompetisi yang tidak sehat" antara dua penguasa Pasifik itu. "Baik Presiden Obama dan saya telah mengatakan berulang kali bahwa Amerika Serikat menyambut baik kebangkitan Cina yang kuat, sejahtera, dan damai." ujarnya.
Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) beranggota 10 negara yakni Brunei, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.