REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Rusia memastikan lagi tak melihat bukti bahwa program nuklir Iran ditujukan untuk mengembangkan senjata. Kantor Berita Interfax mengutip Deputi Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov pada Kamis (6/9)\.
Para pejabat Rusia membuat pernyataan serupa di masa lalu, tetapi pernyataan Ryabkov tampaknya dibuat untuk menggarisbawahi kekhawatiran Moskow tentang kemungkinan Israel meluncurkan serangan yang menargetkan fasilitas nuklir Iran.
"Kami, seperti sebelumnya, tidak melihat tanda-tanda bahwa ada dimensi militer di dalam program nuklir Iran. Tidak ada tanda-tanda," kata Interfax, mengutip pernyataan Ryabkov.
Negara-negara Barat menuduh Iran mengembangkan persenjataan nuklir di balik program nuklirnya. Namun tuduhan tersebut telah berkali-kali disangkal oleh Iran, dengan menyatakan program nuklirnya benar-benar untuk kepentingan damai.
Kepala Pembangunan Pabrik Listrik Tenaga Nuklir Bushehr Igor Mezenin di kontraktor Atomstroyexport, Rusia, Selasa (4/9) malam juga menyatakan bahwa Iran akan mengendalikan penuh pabrik itu pada Desember.
IRNA mengutip Ria Novosti melaporkan bahwa Mezenin mengatakan pihaknya percaya pabrik tersebut akan diserahterimakan kepada pihak Iran pada pekan terakhir Desember. Pabrik nuklir Bushehr mencapai kapasitas akhir untuk menghasilkan listrik pada 31 Agustus 2012 dan reaktor pabrik masuk ke jaringan listrik dengan kapasitas sepenuhnya (100 persen).
Para pejabat Rusia menambahkan bahwa sebelum menyerahterimakan kontrol penuh dari manajemen pabrik ke pihak Iran, sejumlah uji yang diperlukan harus diselesaikan.
Pembangunan pabrik nuklir dimulai pada tahun 1974 oleh perusahaan Jerman Siemens.
Kontrak untuk menyelesaikan pembangunan unit pertama pabrik itu ditandatangani pada tahun 1995 dengan Rusia di Teheran.
Menurut kontrak, Rusia berkomitmen membangun Reaktor Air-Air (WWER-1000) untuk Iran dan memasok bahan bakar nuklirnya serta melatih para ahli Iran. Pada tahun 1998, kedua pihak sepakat Moskow harus menyelesaikan seluruh proyek.