REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Menteri Luar Negeri Brazil, Antonio Patriota, kemarin, mengecam kegagalan Kuartet Timur Tengah untuk merundingkan gencatan senjata mengenai krisis Suriah. Kuartet tersebut terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Kuartet telah tidak efektif. Tetapi tidak cukup untuk mengecam ketidakefektifan itu saja. Kita harus berbuat," kata Patriota pada sidang Komite Hubungan Luar Negeri Kongres Brazil, seperti dilansir Xinhua.
Dia menekankan bahwa konflik di Suriah yang telah berlangsung 18 bulan dan kekerasan kian meningkat, tanpa henti. "Di Suriah, kita menyaksikan perang saudara dan Palang Merah mengatakan sekitar 25.000 orang tewas serta 250.000 lain luka-luka," Kata Patriota.
Patriota mengatakan negaranya mengikuti gejolak politik di Timur Tengah, mendukung Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, dan menawarkan bantuan kepada orang-orang dengan kewarganegaraan ganda Brazil dan Suriah. Patriota baru-baru ini berbicara dengan Lakhdar Brahimi, wakil khusus bersama PBB-Liga Arab mengenai Suriah, membela rencana perdamaian pendahulu Brahimi, Kofi Annan ,dan menyerukan gencatan senjata segera.
Ia juga mengumumkan bahwa Presiden Mesir yang baru Muhammad Mursi akan mengunjungi Brazil pada 28 September. Brazil adalah negara Amerika Latin pertama yang akan dikunjungi Mursi sejak menjabat bulan lalu. Patriota memuji Mursi sebagai "seorang pemimpin dengan visi baru mengembalikan proses demokratisasi di Mesir."