REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES - Mantan presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, menghangatkan Konvensi Nasional Demokrat dan mengundang lebih dari 22.000 tweet per menit. Tapi, beberapa juta lagi warga Amerika mengalihkan saluran televisi ke pertandingan sepak bola Amerika ketimbang menyaksikan dia.
Sebanyak 21 juta orang Amerika menyaksikan pertandingan National Football League di NBC antara Dallas Cowboys dan New York Giants pada Rabu malam (6/9). ''Kejadian itu membuat kerdil 7,5 juta orang yang terus menyaksikan Bill Clinton,'' demikian data yang disiarkan Nielsen.
Menurut pemeringkatan awal, jumlah pemirsa saluran TV kabel NBC dengan acara konvensi politik pekan lalu dan pekan ini mencapai total 11,8 juta orang. Mereka menyaksikan pidato Bill Clinton di CNN, MSNBC dan Fox News Channel.
NBC menyatakan saluran televisi tersebut melakukan pengalihan siaran ke konvensi Demokrat selama paruh waktu pertandingan NFL. Pengalihan itu memperlihatkan sebagian wawancara pembawa acara politik Brian William dengan Bill Clinton tentang Presiden Barack Obama.
Namun pemirsa tak menyaksikan sebagian besar pidato langsung Bill Clinton, demikian laporan Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat pagi.
Bagi mereka yang menonton lewat internet maupun televisi, Bill Clinton mendongkrak Twitterverse dan menghadirkan hashtag "#arithmetic", "#bill" dan "#billclinton" di antara kecenderungan lain di Amerika Serikat pada Rabu malam.
Arithmetic juga dengan cepat menjadi kata terkenal di media dan judul blog setelah Bill Clinton mengatakan, "Orang bertanya kepada saya sepanjang waktu bagaimana kami menyampaikan empat surplus anggaran. Apa gagasan baru yang kami bawa? Saya selalu memberi jawaban satu-kata: arithmetic."
Bill Clinton memacu 22.087 tweet per menit. Tapi, itu masih di bawah 28.000 yang diperoleh Ibu Negara Michelle Obama selama pidatonya di Charlotte, North Carolina, pada Selasa. Meskipun begitu, ia mengalahkan calon presiden dari Republik, Mitt Romney, yang meraih 13.289 tweet per menit pekan lalu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika