Jumat 07 Sep 2012 21:30 WIB

Pangeran Harry Ditugaskan Lagi ke Afghanistan

Pangeran Harry ditunjukkan ke salah satu unit helikopter tempur Apache oleh salah satu anggota skuadron di Kamp Bastion, Afghanistan
Foto: PA
Pangeran Harry ditunjukkan ke salah satu unit helikopter tempur Apache oleh salah satu anggota skuadron di Kamp Bastion, Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pangeran Harry dikabarkan bakal kembali ditugaskan ke Afghanistan. Di Negeri Taliban tersebut, putra kedua Pangeran Charles itu bakal ditempatkan selama empat bulan bersama pasukan Inggris.

Pangeran yang dikenal di lingkungan militer Inggris sebagai Kapten Wales itu, tiba di Kamp Bastion di Provinsi Helmand, Afghanistan selatan. Ia akan ditugaskan bersama bersama skuadron Air Corps. Pewaris tahta Kerajaan Inggris urutan ketiga itu akan mengomandani pasukan helikopter Apache yang ditugaskan untuk memerangi Taliban.

Peran dan tugas Harry di Afghanistan akan sulit. “Saya meminta agar ia dapat menjalankan tugasnya dan bisa fokus mengirim dukungan bagi pasukan koalisi di lapangan,” kata Kapten Jack Gordon dari angkatan laut Inggris Royal Navy.

Penugasan Pangeran Harry disebut sebagai pengalihan isu menyusul terbongkarnya skandal seks Pangeran Harry di Las Vegas, Amerika Serikat. Skandal yang mencoreng wajah Kerajaan Inggris Raya itu terbongkar setelah foto-foto Pangeran Harry tanpa busana beredar.

Empat tahun lalu Pangeran Harry pernah dikirim ke Afghanistan. Pada 2008 lalu, masa tugasnya di Afghanistan terpaksa dipersingkat lantaran informasi ia berada di Afghanistan bocor ke publik.

Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan, Pangeran Harry akan aman. Pasalnya, ia sekarang bertugas menerbangkan helikopter Apache dan keberadaannya diketahui masyarakat luas.

Pemuda 27 tahun itu menyambut penugasan tersebut dengan suka cita. Apalagi sebelumnya ia secara terang-terangan ingin kembali di tugaskan ke Afghanistan sebagai bentuk pengabdian kepada negara.

"Keamanan dan resiko penugasan Harry ke Afghanistan sudah dikaji secara mendalam," kata Kementan Inggris dalam pernyataannya seperti dinukil media Australia, ABC News, Jumat (7/9).

sumber : AFP/ABCnews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement