Sabtu 08 Sep 2012 05:46 WIB

Terus Bergejolak, Polisi Kenya Sita 150 Detonator Bom

Bom (ilustrasi)
Bom (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI---Polisi Kenya menyita lebih dari 150 detonator bom di Nairobi, Jumat, yang menyoroti risiko keamanan yang dihadapi negara Afrika timur itu menjelang pemilihan umum tahun depan karena penyerbuan pasukannya ke Somalia untuk memburu gerilyawan Al-Shabaab.

Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan granat setelah pasukan negara itu memasuki Somalia tahun lalu untuk menumpas kelompok gerilya garis keras itu, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.

Kota terbesar kedua Kenya, Mombasa, juga dilanda protes keras akhir bulan lalu setelah pembunuhan seorang ulama yang dituduh Washington membantu gerilyawan Al-Shabaab di Somalia.

"Saya bisa mengkonfirmasi bahwa detonator-detonator tersebut disita di satu perumahan. Itu merupakan peledak berbahaya," kata Moses Ombatti, seorang deputi pejabat kepolisian daerah di Nairobi, kepada Reuters.

Rumah tempat peledak itu ditemukan terletak di kawasan Githurai, sebuah daerah pinggiran di luar distrik bisnis tersebut.

Pembunuhan ulama Aboud Rogo di Mombasa dan insiden-insiden yang terjadi kemudian -- dimana gereja-gereja dibakar dan dua granat dilempar ke kendaraan polisi -- telah meningkatkan kekhawatiran bahwa kekerasan lebih lanjut akan terjadi menjelang pemilihan presiden pada Maret 2013.

Ulama garis keras itu, yang dikenal dengan sebutan Rogo, tewas pada 27 Agustus ketika orang-orang bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan ke arah kendaraannya ketika ia melakukan perjalanan bersama istri dan anak-anaknya. Anak dan istrinya dikabarkan selamat dalam serangan itu.

Satu orang tewas dalam kerusuhan pada hari itu setelah pembunuhan Rogo.

Kedutaan-kedutaan asing -- termasuk Australia, Inggris dan Prancis -- mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warga mereka ke Mombasa, sebuah tempat wisata dan pelabuhan utama di Kenya.

Rogo termasuk dalam daftar sanksi AS dan PBB karena dianggap mendukung gerilyawan Al-Shabaab Somalia.

Nairobi menuduh kelompok militan yang terkait dengan Alqaidah itu bertanggung jawab atas gelombang kekerasan dan penculikan di negara Afrika timur tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement