Ahad 09 Sep 2012 13:38 WIB

Warga Tepi Barat: Pidato Abbas Nggak Mutu dan Perparah Perpecahan

Presiden Palestina Mahmoud Abbas saat mengajukan keanggotaan Palestina di PBB
Foto: reuters
Presiden Palestina Mahmoud Abbas saat mengajukan keanggotaan Palestina di PBB

REPUBLIKA.CO.ID, Suasana pesimis dan putus asa menyelimuti Tepi Barat terutama di kalangan pemuda yang mendengar pidato Mahmud Abbas Sabut (8/9) kemarin siang. Mereka mengungkapkan kekecewaanya atas pidato itu yang sama sekali hal baru dalam menyelesaikan perpecahan internal Palestina karena Abbas ngotot untuk melanjutkan penyelenggaran pemilu lokal tanpa Gaza.

Usai pidato itu, sebagian besar pemuda Palestina mengungkapkan kemarahannya. Sebagian mereka di sejumlah kota Palestina menyampaikan kecamannya. Mereka menutup jalan utama antara Nablus dan Hawarah.

Dalam pidato panjangnya, Abbas tidak menyentuh solusi mengatasi masalah melambungnya harga barang. Sehingga seorang pemuda dari Ramallah, Salam Mahmud mengatakan, "Pidato Abbas tidak masuk akal jika itu keluar dari seorang presiden dan tidak bisa diterima. Pidato itu kosong tanpa isi, tidak menyelesaikan meski satu masalah penting di lapangan, tidak masalah melambungnya harga, tidak pula lainnya. Itu pidato untuk pidato saja."

Sementara itu Mansur Husain pemuda dari Ramallah juga menolak statemen Abbas yang menuding Hamas merusak rekonsiliasi dan meminta keluar dari Komisi Pemilihan Umum Pusat di Jalur Gaza.

Ia menambahkan, bagaimana Abbas minta diadakan pemilu di Tepi Barat sementara penangkapan politik masih terus berlangsung dan tidak dihentikan sampai detik ini. Bagaimana pemilu adalah rekonsiliasi padahal pemilu adalah bagian dari rekonsiliasi, tegasnya mempertanyakan.

Soal tudingan bahwa Hamas hendak mendirikan pemerintahan Islam, Luai Abidin, pemuda asal Tepi Barat menegaskan, ini propaganda Abbas yang sering diulang-ulang tanpa guna. Sebab Hamas tidak menolak pemilu namun menolak pemilu yang diselenggarakan di bawah realita represif, intimidasi, penangkapan di Tepi Barat. Jadi Abbas menyimpangkan realita-realita.

Selain itu, pemuda lain Azzam Syuraim menegaskan, pelaksanaan pemilu di tengah suasana perpecahan Palestina dan tanpa Gaza berarti memperparah perpecahan. Maka Abbas harus menghentikan krisis yang ada di Tepi Barat berupa naiknya harga barang, aksi perluasan pemukiman, memenjarakan kelompok perlawanan bukan malah mengejarnya. Abbas yang bertanggungjawab atas krisis yang terjadi karena dia yang merancang segala bentuk kesepakatan dengan Israel.

Sementara seorang pelajar perempuan di Universitas An-Najah, Sajud Mahir mengomentari pidato Abbas dengan, "Abbas meremehkan kami. Seakan kami binatang ternak yang tidak tahu kemana penggembalanya membawa."

sumber : Infopalestina.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement