REPUBLIKA.CO.ID, IOWA -- Babak baru memasuki masa persaingan dua calon presiden Amerika Serikat (AS). Kebijakan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang tidak memuaskan, masih menjadi sorotan tajam bagi sudut penantang, Mitt Romney yang diusung Partai Republik, melawan Barack Obama dari Partai Demokrat.
Dalam kampanye di Sioux City, Romney terus mencerca tingginya tingkat pengangguran di AS. Bureau of Labor Statistics, menunjukkan 96 ribu pekerja yang dipekerjakan oleh pemerintahan periode Agustus lalu, dikatakan tidak memuaskan, dan tidak menjawab tingginya tingkat pengangguran.
Tingkat pengangguran, menurut data yang disampaikan Departemen Ketenagakerjaan AS itu memang menurun, hanya tidak signifikan, yakni dari 8,3 persen, turun menjadi 8,1 persen periode Juli 2012. "Presiden mengatakan akan menjadikannya menjadi 5,4 persen. Fakta mengatakan kita (AS) masih diangka delapan persen,'' kata Romney saat berkampanye, seperti dikutip BBC News, Sabtu (8/9).
Menurut mantan Gubernur Massachusetts itu, kebijakan ekonomi yang dilakukan penguasa tidak solutif memberikan respon positif terhadap pengangguran. 96 ribu lapangan pekerjaan yang dibanggakan Obama untuk menekan pengangguran, kata dia, jelas tidak menjawab angka sembilan juta pengangguran di AS.
Romney menyeret Obama untuk melihat fakta langkah penanganan pengangguran di AS yang tidak menjawab apa-pun yang dibutuhkan. ''Presiden ini (Obama) mencoba. Tapi dia tidak mengerti yang diperlukan. Saya yang akan melakukan,'' yakin Romney.
Sebaliknya Obama mempertanyakan optimisme kosong yang dilemparkan rival politiknya itu untuk memecahkan persoalan ekonomi, dan pengangguran di AS. Presiden Afro-Amerika pertama AS itu menjelaskan kepada pemilihnya bahwa konsep membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak akan menjawab pertanyaan kubu Partai Republik, ketimbang memaksa melakukan pemangkasan terhadap subsidi bagi penduduk menengah dan miskin.
''Kita memerlukan banyak angka pekerja, untuk menutup lubang resesi secepatnya,'' aku Obama. Serikat Buruh Pekerja Listrik di AS menilai angka yang dikeluarkan oleh Depnaker AS itu mencerminkan angka yang sebenarnya. "Apa yang dialami AS mengenai situasi pekerjaan justru lebih buruk,'' kata Chris Townsend, seperti dikutip Aljazeera.