REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Rangkaian serangan bom di beberapa wilayah di Irak Ahad (9/9), menewaskan sedikitnya sebanyak 34 orang dan melukai 60 orang. Belum ada satu pun pihak yang menyatakan bertanggung jawab terhadap serangan tersebut.
Seperti dilaporkan Aljazeera, serangan paling serius terjadi pada Ahad pagi di Dujail, wilayah yang terletak 50 kilometer di utara Baghdad. Saat itu sejumlah orang bersenjata dan seorang pelaku bom bunuh diri masuk ke dalam sebuah pangkalan militer, membunuh 11 tentara dan melukai tujuh lainnya.
Di sebelah utara Kirkuk, seorang komandan polisi, Jenderal Sarhad Qadir, mengatakan serangan bom membunuh tujuh orang yang sedang mengantre melamar lowongan kepolisian di sebuah tempat parkir di luar sebuah pangkalan militer. Bom tersebut melukai 17 orang calon polisi lainnya.
Sementara itu sebuah bom mobil meledak di luar gedung konsulat Prancis yang terletak di Nasirriya, 300 kilometer sebelah selatan Baghdad dan melukai dua orang. Bom mobil lainnya meledak di kota tersebut, membunuh dua orang dan melukai tiga orang.
Ahmed Rushdi, seorang wartawan di Baghdad, kepada Aljazeera mengatakan bukan hanya Al-Qaidah saja tersangka di balik serangan-serangan tersebut. "Terdapat kemungkinan juga ini adalah pemberontakan melawan pemerintah dari partai-partai politik, karena terdapat perselisihan antara Nuri al-Maliki (Perdana Menteri Irak dari Syiah) dengan lawan-lawannya," kata Rushdi.
Saat ini pemerintah Irak, yang baru sembilan bulan ditinggalkan pasukan AS, sedang berjuang melawan kelompok-kelompok bersenjata. Sebelumnya serangan kemarin, sebuah organisasi sayap Al-Qaidah, Negara Islam Irak, mengeklaim bertanggung jawab terhadap serangan-serangan kepada pasukan keamanan di lingkungan Syiah. Serangan-serangan terhadap pemerintah juga dilakukan mantan anggota partai politik Baathist dan kelompok-kelompok Islam Sunni.