Selasa 11 Sep 2012 05:08 WIB

Inilah Presiden Baru Somalia

Presiden baru Somalia, Hassan Sheikh Mohamud
Foto: capitalfm.co.ke
Presiden baru Somalia, Hassan Sheikh Mohamud

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU---Anggota-anggota parlemen Somalia hari Senin memilih Hassan Sheikh Mohamud sebagai presiden baru negara tersebut setelah dosen yang berusia 56 tahun itu memperoleh suara mayoritas pada babak kedua pemilihan.

Pada babak kedua itu, ia bersaing dengan mantan Presiden Sharif Sheikh Ahmed. Hassan Sheikh Mohamud unggul dengan 190 suara atas Sharif, yang memperoleh 79 suara, menurut hasil penghitungan yang dilaporkan wartawan AFP di lokasi pemilihan.

Kedua calon itu bersaing ketat pada babak pertama pemungutan suara, namun Hassan Sheikh Mohamud muncul sebagai pemenang pada putaran kedua dan terakhir. "Hassan Sheikh Mohamud adalah pemenang dalam pemilihan presiden hari ini," demikian diumumkan Ketua Parlemen Mohamed Osman Jawari.

Dua calon lain, mantan Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali dan Abdikadir Osoble, mengundurkan diri setelah babak pertama pemungutan suara itu, yang merupakan tahap akhir dari sebuah proses yang didukung PBB untuk membentuk pemerintah baru di negara yang dilanda perang itu.

Hassan Sheikh Mohamud adalah seorang calon kurang dikenal, yang berasal dari klan Hawiye, kelompok suku yang sama dengan Sharif. Menurut para analis, ia terlibat aktif dalam pekerjaan bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat di Somalia.

Presiden baru itu adalah seorang aktivis politik dan sosial yang bekerja bersama beberapa organisasi pembangunan dan perdamaian nasional dan internasional.

Dalam pemilihan presiden itu, anggota-anggota parlemen baru Somalia yang dipilih bulan lalu oleh sekelompok sesepuh suku memberikan suara mereka secara bergantian di sebuah ruangan di akademi kepolisian.

Seorang calon harus memperoleh dua per tiga suara untuk menang dalam pemilihan itu, dan jika tidak, maka empat calon teratas akan bersaing dalam babak kedua, dan putaran ketiga akan diikuti oleh dua calon final. Pemenang akan dipilih oleh mayoritas sederhana.

Masing-masing calon harus membayar 10.000 dolar untuk mengambil bagian dalam pemilihan presiden itu. Pemilihan itu telah ditunda beberapa kali dan melewati batas waktu 20 Agustus, dan tekanan-tekanan internasional meningkat terhadap parlemen untuk segera memilih presiden baru.

Utusan khusus PBB untuk Somalia, Augustine Mahiga, mengatakan Senin bahwa meski hambatan-hambatan masih ada, pemilihan presiden itu "menandai tonggak sejarah lain dalam proses politik di negara itu".

Ia meminta anggota-anggota parlemen memilih "calon terbaik sebagai pemimpin negara mereka".

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement