Selasa 11 Sep 2012 20:41 WIB

Serangan Bom Mobil Guncang Yaman, 10 Tewas, Menhan Lolos

Tentara Yaman dan suku pro-pemerintah menaiki mobil di garis depan pertempuran lawan al Qaidah di Zinjibar, Abyan, Yaman, pada 30 Mei.
Foto: Reuters/Yemen's Defence Ministry/Handout
Tentara Yaman dan suku pro-pemerintah menaiki mobil di garis depan pertempuran lawan al Qaidah di Zinjibar, Abyan, Yaman, pada 30 Mei.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA - Menteri Pertahanan Yaman Mohammed Nasser Ahmed selamat dari serangan bom mobil pada Selasa (11/9), yang menghantam iringannya di dekat markas pemerintah, namun 10 orang tewas, termasuk tujuh pengawal, kata pejabat keamanan.

Serangan itu terjadi sehari setelah laman jejaring sosial kementerian pertahanan 26sep.net mengatakan bahwa orang kedua dalam komando Alqaida di Semenanjung Arab (AQAP) Saeed al-Shehri tewas dalam gerakan tentara di bagian timur negara itu.

"Menteri pertahanan adalah target," kata pejabat keamanan tersebut, dan menambahkan bahwa ledakan itu terjadi di dekat mobil yang membawa pengawal, menewaskan tujuh di antara mereka. Tiga orang lain yang identitasnya masih belum dikonfirmasi juga tewas, ia menambahkan.

Pejabat keamanan lainnya membenarkan jumlah korban tersebut, dengan satu mengatakan dia melihat "empat mayat hangus ditarik keluar dari reruntuhan." Kantor berita resmi Saba melaporkan bahwa "ledakan kuat mengguncang daerah dekat dengan markas kabinet dan markas penyiaran Sanaa di Sanaa tengah."

"Ledakan itu merupakan hasil dari sebuah mobil yang sarat bom," katanya. Asap mengepul dari daerah ledakan yang kemudian ditutup oleh polisi, sementara itu beberapa ambulans bergegas ke tempat kejadian yang menjadi pusat beberapa departemen pemerintah serta markas keamanan, kata saksi.

Pada Mei, AQAP mengaku bertanggungjawab atas serangan bunuh diri di ibu kota yang menewaskan hampir 100 tentara, dan mengatakan Ahmed adalah target, dan mengutuk dia atas serangan tentara terhadap Al Qaida di provinsi selatan Abyan.

Militer Yaman meluncurkan serangan besar-besaran di Abyan pada 12 Mei dalam upaya mengusir para gerilyawan terkait Alqaidah agar keluar dari kota-kota di provinsi bergolak tersebut, di mana mereka telah memegang kekuasaan sejak Mei 2011.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement