REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Libya dan tiga warga AS lainnya tewas sesudah kerumunan massa yang marah atas film mengejek Islam, menyerbu konsulat negara adidaya itu di Benghazi, Selasa (11/9). Pejabat Libya dan AS mengatakan hal tersebut pada Rabu (12/9), seperti dilansir AFP.
Presiden Barack Obama segera memerintahkan peningkatan keamanan di kantor diplomatik AS di seluruh dunia, sementara mengecam serangan mematikan pada Selasa itu di Benghazi, kubu garis keras di Libya timur. "Saya sangat mengutuk serangan keterlaluan atas sarana diplomatik kami di Benghazi, yang merenggut nyawa empat orang Amerika Serikat, termasuk Duta Besar Chris Stevens," kata Obama dalam pernyataan Gedung Putih.
"Saya mengarahkan pemerintah memberi semua sumber diperlukan untuk mendukung keamanan anggota kami di Libya dan meningkatkan keamanan di kantor diplomatik kami di seluruh dunia," tambahnya.
Stevens, pejabat karir di dinas luar negeri Amerika Serikat, berada di negara itu kurang dari empat bulan setelah memegang jabatannya di ibukota Tripoli pada Mei. Saksi menyatakan ia tewas ketika pengunjuk rasa marah pada Selasa malam, menyerang konsulat itu dengan granat roket sebelum menjarah dan membakar bangunan tersebut.
Sumber keamanan di Benghazi menduga duta itu mungkin telah tercekik akibat keracunan karbon monoksida. Serangan Benghazi itu terjadi hanya beberapa jam setelah pengunjuk rasa menyerbu kedutaan AS di Kairo dalam gerakan serupa terhadap video Internet amatir buatan AS.
Film itu dibuat orang Amerika-Israel, Sam Bacile, kata "Wall Street Journal", tapi media Mesir menyatakan beberapa orang Koptik Mesir tinggal di AS. Film itu diiklankan pastor bermasalah di Florida, Terry Jones, yang menuai unjukrasa pada masa lalu akibat membakar Alquran dan dengan keras menentang pembangunan mesjid di dekat Ground Zero di New York.
Abdelmonoem Horr, juru bicara badan keamanan kementerian dalam negeri Libya, pada Selasa menyatakan granat roket ditembakkan ke konsulat itu dari peternakan di dekatnya. Saksi menyatakan, penyerang merobek bendera AS, kemudian menjarah konsulat itu sebelum membakarnya pada ulang tahun kesebelas serangan 11 September atas negara adidaya tersebut.