REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS---Seorang juru bicara presiden Tunisia mengecam film anti-Islam yang kontroversial - The Innocence of Muslims - yang sedang diputar di bioskop-bioskop Amerika, kata kantor berita resmi TAP.
Film itu "menyebabkan prasangka besar bagi semua umat Islam di seluruh dunia," kata Adnan Mansar dalam satu pernyataan tertulis.
Film, yang dilaporkan berisi penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW, telah memicu protes besar-besaran di negara-negara Arab selama beberapa hari seperti di Mesir, Libya, Tunisia, Yaman dan Iran - dan beberapa di antara mereka berubah sangat kekerasan fatal.
"Hak berpendapat tidak bisa digunakan untuk melawan Islam, martabat dan keimanan, seharusnya untuk membela mereka," kata Mansar.
Dia juga menyuarakan "kemarahan" bahwa pihak-pihak tertentu "mengambil keuntungan dari apa yang disebut karya seni untuk melakukan tindakan teroris terhadap kepentingan bangsa."
"Reaksi yang tepat akan mewakili citra positif simbol budaya kita untuk menunjukkan kebesaran mereka dan kontribusi mereka terhadap kemanusiaan," kata Mansar.
Dia menegaskan bahwa mereka yang membuat karya merugikan tersebut harus dituntut.
Dia juga menyerukan kepada negara-negara Islam untuk "mengkoordinasikan upaya-upaya mereka untuk meyakinkan negara-negara di mana karya-karya tersebut diproduksi, dampak bencana terhadap hubungan antara budaya dan agama."
Ratusan demonstran yang marah terhadap film buatan AS yang diduga menghina Nabi Muhammad SAW berunjuk rasa dan masuk ke gedung konsulat AS di Benghazi pada Selasa malam, dan membakar bangunan itu.
Wanis Sharef, seorang wakil menteri dalam negeri Libya yang bertanggung jawab atas urusan keamanan negara di timur, menegaskan kepada pers pada Rabu bahwa duta besar AS untuk Libya, Christopher Stevens, 52 tahun, tewas bersama dengan tiga staf lain kedutaan AS.
Saat itu mereka pergi ke konsulat untuk mencoba mengevakuasi staf pada saat gedung itu diserang oleh gerombolan bersenjata dengan senapan dan granat berpeluncur roket.