REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI---Libya menutup wilayah udaranya di atas bandar udara Benghazi selama beberapa jam karena adanya tembakan oleh kelompok Muslim yang diarahkan kepada pesawat-pesawat pengintai Amerika Serikat yang terbang di atas kota itu, beberapa hari setelah duta besar AS dan tiga warga Amerika lainnya tewas dalam serangan.
Penutupan bandara itu memicu spekulasi bahwa AS sedang mengerahkan pasukan khusus dalam mempersiapkan serangan terhadap para militan yang terlibat dalam serangan.
Seorang pejabat Libya mengatakan pesawat-pesawat pengintai Amerika itu terbang di atas kompleks kedutaan dan kota Benghazi, mengambil gambar serta memeriksa lokasi-lokasi kelompok militan radikal yang diyakini telah merencanakan dan melancarkan serangan terhadap konsulat AS pada Selasa.
Kelompok-kelompok militan menggunakan senapan anti-pesawat untuk menembak pesawat-pesawat pengintai hingga memaksa pihak berwenang menutup bandara karena mereka mengkhawatirkan keselamatan para penumpang pesawat.
"Dua pesawat pengintai Amerika terbang di atas Benghazi tadi malam dengan sepengetahuan pihak berwenang Libya," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Wanis al-Sharif kepada Reuters.
"Pesawat-pesawat itu bisa terlihat, dan mengalami serangan persenjataan anti-pesawat yang digunakan oleh milisi-milisi bersenjata."
"Karena alasan itulah pihak keamanan Benghazi memutuskan untuk menutup wilayah udara Benghazi. Keputusan apapun untuk mengizinkan operasi apapun di wilayah Libya akan diambil melalui koordinasi antara kongres dan pemerintah baru."
Duta Besar Christopher Stevens dan beberapa warga Amerika lainnya tewas setelah orang-orang bersenjata menyerang konsulat AS serta sebuah rumah tempat perlindungan di Benghazi pada Selasa malam.
Serangan, yang diyakini para pejabat AS telah direncanakan sebelumnya itu, muncul dari unjuk rasa yang menyalahkan Amerika karena sebuah film yang mereka katakan menghina Nabi Muhammad.
Setidaknya empat staf internasional misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Benghazi pada Jumat ditarik karena alasan keamanan, kata seorang sumber PBB.
Sejumlah diplomat Barat, termasuk konsul Italia, juga telah meninggalkan kota tersebut, demikian menurut para pejabat Libya.
Ali al-Shaikhi, juru bicara Kepala Angkatan Darat, mengatakan pasukan-pasukan sekutu Barat --yang membantu para pemberontak Libya menggulingkan Muammar Gaddafi tahun lalu, terus mengerahkan pesawat dan pesawat pengintai di wilayah udara Libya untuk membantu Libya menjaga keamanan udara.
Ia mengatakan mereka telah meningkatkan mobilisasi penerbangan dalam beberapa hari terakhir karena memburuknya situasi keamanan.
"Ada berita yang mengatakan bahwa pesawat-pesawat pengintai Amerika beterbangan di udara dan bandara mendapat ancaman dari kelompok-kelompok tak dikenal bahwa mereka akan menyerang pesawat Amerika yang berputar-putar di atas Benghazi.
Keadaan ini membuat pihak berwenang bandara memutuskan untuk menutup wilayah udara sebagai tindakan pencegahan."