Selasa 18 Sep 2012 07:20 WIB

Diiringi Takbir, Warga Libya Berusaha Selamatkan Dubes AS

 Fahd al-Bakoush (22 tahun), menunjukkan rekaman video yang dibuatnya saat tubuh Dubes AS, Chris Stevens diselamatkan dari sebuah ruang kecil yang gelap di Konsulat AS di Benghazi, Libya. Rekaman yang beredar pada Senin (17/9) ini dinilai otentik karena wajah Stevens terlihat jelas dan ia juga mengenakan kaus putih yang sama dalam foto otentik yang diambil kemudian, saat ia dipanggul keluar di bahu seorang pria.
Foto: AP/Mohammad Hannon
Fahd al-Bakoush (22 tahun), menunjukkan rekaman video yang dibuatnya saat tubuh Dubes AS, Chris Stevens diselamatkan dari sebuah ruang kecil yang gelap di Konsulat AS di Benghazi, Libya. Rekaman yang beredar pada Senin (17/9) ini dinilai otentik karena wajah Stevens terlihat jelas dan ia juga mengenakan kaus putih yang sama dalam foto otentik yang diambil kemudian, saat ia dipanggul keluar di bahu seorang pria.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Rekaman video menunjukkan, warga Libya berupaya menyelamatkan Dutabesar AS untuk Libya, Chris Stevens, saat terjadi serangan pekan lalu. Diiringi teriakan “Allahu Akbar”, mereka berupaya melarikan sang dubes ke rumah sakit. Rekaman video ini baru terkuak pada Senin (17/9) dan diperkuat pernyataan sejumlah saksi.

Dalam rekaman itu terlihat sekelompok warga Libya memasuki konsulat AS di Benghazi setelah terjadi serangan, pekan lalu. Mereka menemukan Stevens yang terlihat tidak sadarkan diri dan mengeluarkan dia dari balik ruangan yang gelap. Mereka tidak mengenal Stevens, dan hanya mengidentifikasi ia sebagai warga asing.

Warga Libya tersebut terlihat frustrasi karena saat itu tidak ada ambulans dan tidak memiliki perlengkapan pertolongan pertama untuk korban. Stevens pun dipanggul seorang warga untuk segera dimasukkan ke dalam mobil biasa. 

“Tak ada ambulans satu pun untuk membawanya ke rumah sakit. Mungkin dia saat itu tak ditangani dengan tepat,” kata Fahd al-Bakoush, seorang videografer lepas yang merekam kejadian tersebut. “Mereka lalu membawanya dengan mobil biasa.”

Stevens memang dikenal dekat dengan warga setempat. Diplomat senior yang fasih berbahasa Arab ini kerap melanggar prosedur keamanan hanya karena ingin berhubungan langsung dengan warga tempat ia bertugas. Laman New York Times menyebutkan, Benghazi adalah kota yang dicintai Stevens dan sebaliknya warganya pun menghormati Stevens. 

Saat ini AS dan Libya masih mencari pelaku serangan yang terjadi pekan lalu itu. Masih belum jelas apakah serangan itu sudah direncanakan atau semata spontan terinspirasi oleh protes film anti-Islam “Innocence of Muslims” di Kairo, Mesir. Protes itu sempat terjadi beberapa jam sebelum serangan terjadi.

Peristiwa ini juga semakin menegaskan teka-teki seputar serangan yang menewaskan sang dubes dan tiga warga AS lainnya di lokasi, akibat menghisap asap. Pihak AS masih berupaya menyatukan potongan teka-teki, mengapa seorang diplomat tinggi di Libya terpisah dari para staf yang dievakuasi. Sang dubes bahkan tewas akibat menghirup asap dalam ruang perlindungan di konsulat AS.    

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement