REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Sebuah lembaga riset, Pew Research Centre, menyatakan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Rusia adalah beberapa negara di dunia dengan tingkat diskriminatif yang tinggi terhadap pemeluk agama dan perbedaan agama.
Lembaga yang berbasis di New York Amerika Serikat ini menilai di negara tersebut, 'permusuhan sosial' sudah masuk dalam tahap 'mengkhawatirkan'. Pew juga menyatakan tiga perempat dari tujuh miliar populasi manusia di dunia, hidup dibawah kontrol pemerintah dalam urusan agama.
Hasil survei yang dirilis dalam laman The Guardian pada Kamis (20/9) itu berjudul 'The Rising Tide of Restrictions on Religion'. Dalam surveinya sejak empat tahun terakhir ini, kebijakan pemerintah di negara tersebut dalam membatasi agama meningkat menjadi enam persen.
Lembaga itu menggambarkan bagaimana pemerintah di negara-negara tersebut mengatur ibadah dan praktik keagamaan. Dan hal ini memicu tindak kejahatan yang berbahaya terhadap sala satu ajaran agama tertentu.
Dalam survei ini, Inggris adalah negara dengan tingkat yang tinggi (dalam skala sangat tinggi, tinggi, moderat, dan rendah) terkait dengan permusuhan sosial, yang dijadikan salah satu indeks untuk mengukur tingkat intoleransi disuatu negara. Menurut laporan tersebut Inggris tidak lebih baik dari Kenya, namun tidak separah Burma (Myanmar). Hanya saja Inggris adalah negara intoleran ke dua setelah Rusia, yang sangat tinggi nilai intoleransinya terhadap agama.
Peniliti Utama dalam survei ini, Brian Grim menjelaskan tingginya tingkat permusuhan sosial yang mendorong perilaku intoleran di Inggris diyakininya karena adanya beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah kampanye masyarakat Kristen yang menyuarakan keprihatinan mereka terhadap diaspora muslim, dan lonjakan anti semit di Inggris. "Itu juga termasuk kekhawatiran tentang pembiasan makna jihad,'' ujar Brian.
Menariknya, di AS, justru ini yang pertama, pemerintahnya memberlakukan peningkatan intoleransi dan pembatasan terhadap kultur beragama. Walau masih dalam ukuran moderat, tetapi dari survei tersebut menyebutkan sikap permusuhan dan intoleransi meningkat pada masyarakat dan pemerintah di AS