REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Gedung Putih, menyebut serangan terhadap Konsulatnya di Kota Benghazi, Libya timur, sehingga menewaskan empat diplomat Amerika, sebagai "aksi teroris".
"Itu, saya kira, terbukti dengan sendirinya bahwa apa yang terjadi di Benghazi adalah 'serangan teroris'," kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One, dalam perjalanan menuju Florida, Kamis (20/9).
"Kedutaan Besar kami diserang secara keras, dan hasilnya empat kematian pejabat Amerika," katanya. Kematian Duta Besar AS Christopher Stevens dan tiga stafnya pada malam 11 September mengejutkan Amerika. Serangan itu dipicu oleh film anti-Islam buatan AS, yang menghujat Nabi Muhammad SAW.
Saat berbicara dalam kegiatan yang diselenggarakan, Rabu (19/9), oleh Komite Keamanan Dalam Negeri Senat, Matthew Olsen --Direktur US National Counterterrorisme Center-- membahas "petunjuk mengenai kemungkinan keterlibatan anasir kelompok fanatik", termasuk yang berasal dari Alqaidah dan kelompok yang berafiliasi kepadanya di Maghrib, kata Carney.
"Saya ingin menyatakan beberapa masalah yang dikatakan Olsen, yaitu pada tahap ini, tampaknya sejumlah anasir berbeda terlibat dalam serangan tersebut, termasuk orang yang berkaitan dengan kelompok fanatik yang beroperasi di Libya timur," kata Corney sebagaimana dikutip Xinhua.
Ia mengutip keterangan Olsen bahwa serangan itu, kendati tak bisa dikonfirmasi sebagai serangan yang telah direncanakan, "adalah hasil dari opotunisme, mengambil keuntungan dan mengeksploitasi apa yang terjadi" sebagai akibat dari reaksi terhadap rekaman yang bersifat menyerang.