REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad akan berpidato di hadapan 193 pemimpin negara-negara dunia di sidang Majelis umum PBB, yang digelar di New York, Amerika Serikat. Pidato itu adalah pidato Ahmadinejad yang terakhir, lantaran tahun depan masa jabatannya sebagai Presiden Iran bakal berakhir.
Sebelum meninggalkan Teheran dan bertolak ke Newm York, Ahmadinejad mengatakan kepada wartawan, dirinya akan menegaskan masalah-masalah yang dikemukakan dalam KTT Gerakan Non-Blok yang diselenggarakan di Teheran. Terutama terutama mengenai reformasi PBB.
"Dan (saya) akan memecahkan masalah-masalah regional, termasuk Suriah, untuk mengakhiri kekerasan di sana," tukas Ahmadinejad seperti dinukil Kantor Berita ISNA, yang disitat AFP.
"Masalah dunia bahwa siapa yang mengontrol hubungan internasional hanya mereka yang mempunyai kepentingan untuk diri mereka sendiri. Dan mereka menemukan kebebasan pihak lain bertentangan dengan kepentingan-kepentingan mereka," paparnya.
Di AS, Ahmadinejad akan mengadakan pertemuan-pertemuan bilateral di sela-sela sidang dan memberikan wawancara kepada media.
Kehadiran Ahmadinejad di New York untuk menghadiri pertemuan PBB di masa lalu memicu penolakan. Tahun ini penolakan lain juga disinyalir digulirkan pihak-pihak tertentu.
Penolakan bermuara ke Amerika Serikat dan sekutu abadinya, Israel yang anti-Iran. Kedua negara yang menentang nuklir Iran itu, dikabarkan mendesak Hotel Manhattan, tempat Ahmadinejad menginap untuk tidak menerimanya.
Delegasi Ahamdinejad yang bertolak ke Negeri Paman Sam meliputi Wakil Presiden; Hamid Baqaei, Menteri Luar Negeri Iran; Ali Akbar Salehi dan beberapa pembantu dekatnya, di antaranya Kepala staf mereka Esfandiar Rahim Mashaei.