Senin 24 Sep 2012 08:03 WIB

'Minyak Kekuatan Utama Iran Kalahkan Asing'

Rep: Umi Lailatul/ Red: Karta Raharja Ucu
Kilang minyak Iran
Foto: neftegaz.ru
Kilang minyak Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sanksi dan embargo minyak Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) kepada Republik Islam Iran terkait pengayaan uranium, dinilai kurang efektif. Pasalnya, imbasnya tidak terlalu berdampak pada negara para Mullah tersebut.

Sebuah surat kabar Pakistan menyebut sanksi dan embargo AS dan UE terhadap penjualan minyak Iran tak berpengaruh lantaran kuota minyak di negara Syiah ini justru malah tak tergantikan di pasar global.

"Iran tidak punya masalah dalam penjualan minyak. Ekspor minyak mentah terus meningkat. Hal ini tentunya akan menghasilkan pundi-pundi uang bagi negara itu," tulis surat kabar itu seperti dinukil Press TV.

Iran telah menerapkan beberapa strategi terkait ekspor minyak mentahnya. "Iran punya berbagai cara menjamin tanker minyak mentahnya sampai ke negara-negara Asia," lanjut koran itu.

Sanksi itu kian tak efektif lantaran AS membebaskan sekutunya Korea Selatan dan Jepang dari larangan mengimpor minyak Iran. Kebijakan itu terpaksa dilakukan lantaran Korsel dan Jepang sedang mengalami 'kekurangan minyak'.

Meski dijatuhi sanksi dan embargo, minyak Iran masih diminati sejumlah negara. Selain Jepang dan Korsel, Cina dan India, ikut mengantre sebagai pembeli utama minyak Iran.

Keempat negara itu telah mengabaikan tekanan AS mencari pemasok lain selain Iran. Menteri Industri Minyak Iran, Rostam Qasemi mengatakan minyak adalah kekuatan utama negaranya.

"Minyak adalah kekuatan utama Iran untuk mengalahkan asing," kata dia pada Senin (17/9) lalu.

Menteri Luar Negeri UE akhirnya menyetujui sanksi embargo kepada Iran. Langkah itu dilakukan karena adanya desakan dari AS. Sanksi itu mulai berlaku 1 Juli 2012 lalu.

sumber : Press TV
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement