REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad menyatakan tekanan dan sanksi kekuatan hegemoni terhadap banyak negara, memiliki akar dari lemahnya logika terhadap negara merdeka.
Seperti dinukil Kantor Berita IRNA, Ahmadinejad melontarkan pernyataan tersebut saat bertemu Presiden Bolivia, Evo Morales. "Sanksi tak bisa mempengaruhi keinginan semua negara untuk merdeka dari kekuatan dunia," katanya.
Saat merujuk kepada sikap serupa Teheran dan Bolivia dalam mewujudkan sasaran Gerakan Non-Blok (GNB), Ahmadinejad menekankan gerakan tersebut memerlukan susunan baru untuk mewujudkan keinginannya.
"Iran dan Bolivia akan berdampingan sebagai dua saudara; negara besar internasional sendiri menghadapi masalah ekonomi dan sosial dalam negeri. Dan akibatnya, mereka tak bisa mencampuri urusan dalam negeri di negara lain dan ini adalah peluang bagi negara merdeka untuk terus maju," kata Ahmadinejad.
Evo Morales menyampaikan dukungannya bagi resolusi Pertemuan Tingkat Tinggi Ke-16 GNB di Teheran. Ia mengucapkan selamat atas keberhasilan Iran dalam menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi itu.
Morales juga menyerukan perluasan hubungan dengan Teheran dalam segala bidang. Iran dalam beberapa tahun belakangan telah mengembangkan hubungan bersahabat dengan Negara Amerika Latin, terutama di bidang ekonomi, perdagangan dan industri.
Sejak memangku jabatan sebagai Presiden Iran pada 2005, Ahmadinejad telah mengembangkan kerja sama dengan banyak negara Amerika Latin, termasuk Venezuela, Bolivia, Ekuador dan Kuba. Iran mengambil alih Presiden bergilir GNB dari Mesir untuk tiga tahun ke depan selama pertemuan puncak awal September di Teheran.
Mengenai embargo AS dan Uni Eropa terhadap Teheran, mesti diperhatikan Amerika Serikat dan Barat menuduh Iran berusaha membuat senjata nuklir dengan kedok program nuklir sipil. Sementara itu, mereka tak pernah memberikan bukti bagi tuduhan mereka. Berulang kali Iran membantah tuduhan tersebut dan bersikukuh program nuklirnya semata-mata bertujuan damai.